Jumat, 13 Mei 2022

SATUGURU Untuk Merdeka Belajar

 




Sudah siapkah kita dengan harapan terwujudnya Merdeka Belajar di Indonesia? Peran guru saat ini sangatlah dibutuhkan, bukan hanya membuat perubahan tetapi juga dalam mengawal jalannya perubahan. Manusia-manusia cerdas, berakhlak, mampu berkreasi serta berinovasi merupakan produk para guru. Mereka terus mengembangkan dan mengupgrade pengetahuannya sehingga mereka mampu mencipta dengan menghasilkan sebuah karya.

Guru harus mengupgrade pengetahuannya agar tetap kekinian, karena apabila mereka tidak mengupgrade pengetahuannya maka mereka akan tertinggal, baik oleh kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, perkembangan social budaya yang semakin mendunia dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru harus dapat diaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik secara daring maupun luring atau bahkan kolaborasi diantara keduanya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai pedoman. Inti atau pokok dari pedoman yang harus dijadikan pegangan oleh para guru di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dijabarkan kembali oleh peraturan yang berada dibawahnya seperti UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta peraturan-peraturan lainnya.

Hal lain yang perlu dijadikan pedoman bagi para guru konse Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, Dalam pendidikan perlu meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotor). Singkatnya “educate the head, the heart, and the hand”.

Upaya mengembangkan ketiga daya tersebut secara bersamaan merupakan proses humanisasi dalam pendidikan atau disebut memanusiakan manusia. Dengan kata lain mendidik manusia guna mencapai sisi kemanusiaan yang luhur.

Metode yang sesuai dengan system pendidikan ini adalah metode among yaitu asah, asih dan asuh. Pelaksanaan pendidikannya dapat berlangsung di berbagai tempat. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan Tri Sentra Pendidikan yang antara lain alam keluarga (pendidikan informal), alam perguruan (pendidikan formal) dan alam pergerakan pemuda (pendidikan non formal).

Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Terdapat tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara yang mesti dipahami dan diaplikasikan oleh para guru dalam pengabdiannya, antara lain yaitu Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan, Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan dan Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.

Misi yang bersifat multidimensional juga mesti diterapkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar, antara lain yakni :

1) Misi psikopedagogis merupakan misi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara progresif dan berkelanjutan;

2) Misi psikososial yang bertujuan untuk memfasilitasi kematangan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat bangsa dan negara;

3) Misi sosiokultural yang merupakan misi untuk membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan kehidupan yang demokratis (Winataputra, 201 6:22).

Mendikbud Ristek Dikti Nadiem Makarim saat ini mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Kurikulum yang mudah dipahami dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar. Kurikulum yang dapat mendorong para guru agar dapat memilih materi atau metode pembelajaran dengan kualitas tinggi, tetapi sesuai tingkat kompetensi, minat, dan bakat masing-masing siswa. Atas dasar tersebut Kemendikbud Ristek Dikti telah meluncurkan Kurikulum Merdeka.

Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah dan murid kita untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tetapi benar-benar inovasi pendidikan.

Keberagaman pendekatan yang ada menghasilkan berbagai macam teknik dan inovasi di setiap daerah, sekolah, dan siswa, semua itu hanya bisa dilakukan hanya dengan dukungan teknologi. Merdeka Belajar tidak akan mungkin bisa berhasil tanpa teknologi. Teknologi ini bukan semuanya online melainkan bisa macam-macam. Jadi semua yang kita sebutkan teknologi akan digunakan dalam mengimplementasi Merdeka Belajar.

Setiap siswa, sekolah, dan daerah memiliki tingkat kompetensi fundamental, literasi, dan numerasi yang berbeda, kurang masuk akal jika memaksakan suatu tingkat standar di setiap tahun pembelajaran dalam kurikulum. Guru harus bisa mencari materi yang sesuai tingkat dengan kompetensi siswanya.

Keberagaman minat dan kemampuan yang dimiliki siswa menjadi alasan paling kuat agar pengukuran kinerja siswa tidak boleh dinilai hanya menggunakan angka-angka pencapaian akademik, tetapi juga berbagai macam aktivitas lain atau ekstrakurikuler.

Kearifan lokal juga merupakan unsur penting dalam pembelajaran. Setiap siswa akan lebih memahami materi bila menggunakan konteks lokal. Setiap murid akan melihat semua mata pelajaran dan semua materi dalam konteks.
 
Nadiem menjelaskan salah satu mandat yang diberikan Presiden adalah penyesuaian kurikulum yang bertujuan mewujudkan profil para pelajar di Indonesia. Oleh karena itu Kemendikbud Ristek Dikti telah menetapkan enam indikator sebagai profil pelajar Pancasila.
Enam profil tersebut adalah pertama, bernalar kritis agar bisa memecahkan masalah. Hal ini berhubungan dengan kemampuan kognitif. Kedua, kemandirian, yaitu siswa secara independen termotivasi meningkatkan kemampuannya, bisa mencari pengetahuan serta termotivasi. Ketiga, adalah kreatif, di mana siswa bisa menciptakan hal baru, berinovasi secara mandiri, dan mempunyai rasa cinta terhadap kesenian dan budaya. Keempat, gotong-royong, di mana siswa mempunyai kemampuan berkolaborasi yang merupakan softskill utama yang terpenting di masa depan agar bisa bekerja secara tim. Kelima, kebhinekaan global yang merupakan upaya agar siswa mencintai keberagaman budaya, agama dan ras di negaranya serta dunia, sekaligus menegaskan mereka juga warga global. Keenam, berakhlak mulia. Di sinilah moralitas, spiritualitas, dan etika berada. Menurut Nadiem Makarim, sudah pasti hal ini akan menjadikan pendidikan karakter akan menjadi salah satu pilar inti.

Mari kita bersama-sama mendidik murid-murid kita dengan ilmu dan hati demi untuk mewujudkan Merdeka Belajar. Ilmu terus berkembang, tekhnologi pun semakin maju dengan pesat. Kita tidak bisa diam berpangku tangan dalam perkembangan tersebut tetapi kita sudah seharusnya ikut berkonstribusi untuk bangsa dan negara. Perubahan tidak akan datang dengan sendirinya tapi perubahan akan datang dengan diiringi keinginan serta bentuk nyata suatu usaha agar terwujud suatu perubahan ke arah yang lebih baik. 

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwasannya guru berperan penting dalam trasnformasi peningkatan mutu pendidikan. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna. Guru juga mesti memiliki karakter yang telah di contohkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Oleh karena itu bersama dengan SATUGURU, marilah kita dukung upaya Pemerintah tersebut  dengan memberikan yang terbaik dalam proses belajar mengajar agar dapat terbentuk profil pelajar Pancasila serta mewujudkan Indonesia Maju. 

Marilah kita hadapi tantangan dalam dunia pendidikan dengan menjadi guru bijak bersama SATUGURU. Apakah yang dimaksud dengan guru bijak? Guru bijak adalah guru yang selalu ikhlas dalam memberikan pengajaran kepada muridnya dan dapat menjadi suri tauladan dimanapun dia berada. Salam literasi dan salam SATUGURU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opening Ceremony Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 31

  Poto Dok. Sigid PN Tidak terasa Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI sudah memasuki Gelombang 31. Untuk acara Opening Ceremony KBMN...