Sabtu, 25 Desember 2021

Peran Serta Guru Dalam Upaya Pengembangan Literasi Di Indonesia



Peran Serta Guru Dalam Upaya Pengembangan Literasi Di Indonesia.

Pemahaman mengenai Literasi sangat diperlukan, khususnya bagi yang berprofesi sebagai guru agar dapat diaplikasikan di dalam kelas. Literasi tidak hanya identik dengan membaca saja, akan tetapi literasi dapat dikaitkan dengan aktifitas membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Dalam hal ini KEMENDIKBUD RISTEK DIKTI telah membuka program guru belajar seri literasi dan numerasi. Guru yang telah mempunyai akun SIM PKB (Sistem Informasi Manajemen Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) dapat mendaftar dan mengikuti pelatihan tersebut.

Para penggiat literasi pun bersama dengan Organisasi Profesi Guru termasuk Komunitas-Komunitas belajar, berbagi, berkreatifitas dan berinovasi turut berupaya melakukan sosialisasi terkait pentingnya literasi, salah satunya adalah Komunitas Guru Pelita Dunia (KGPD). Komunitas yang baru saja dirintis sejak Agustus 2021 dengan visi dan misi turut serta menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih bermakna, berpengalaman, life skill dan berimtaq serta mewujudkan inovasi pendidikan yang bertujuan mencerdaskan generasi muda Indonesia.

Tidak mudah memang untuk bergerak juga menggerakan apalagi dalam hal-hal peningkatan kompetensi termasuk didalamnya menumbuhkembangkan pemahaman serta peningkatan minat dalam hal berliterasi. Apabila kita sikapi dengan bijak, ada beberapa hal yang perlu kita upayakan dari selain tuntutan kesejahteraan dan perlindungan, hal tersebut yaitu adalah peningkatan kompetensi, apapun itu profesinya.

Untuk itu, kerja keras dan keseriusan sangat diperlukan agar dapat terus bergerak dan menggerakan. Perubahan mindset yang menyebabkan Indonesia jauh tertinggal dalam pemahaman serta minat literasi harus selalu diperjuangkan oleh Pemerintah, para penggiat literasi serta oleh para guru di seluruh Inonesia.

Mari rekan-rekan guru kita optimalkan kegiatan belajar dan mengajar di kelas, menciptakan proses pembelajaran yang bermakna, kita tanamkan pentingnya literasi kepada para peserta didik dan berikan konstribusi terbaik untuk mewujudkan merdeka belajar.

Salam Literasi.

Sigid PN/Founder Komunitas Guru Pelita Dunia.

Artikel ini telah tayang di https://www.kompasiana.com/sigidpn/61c69d7f06310e068d463cd7/peran-serta-guru-dalam-upaya-pengembangan-literasi-di-indonesia


Senin, 20 Desember 2021

Pelatihan Menulis Gelombang 23 IG TIK PGRI

 



Pelatihan Menulis Gelombang 23 IG TIK PGRI.

 
Mari bergabung dan ikuti Pelatihan Belajar Menulis Gelombang 23 IG TIK PGRI. 

Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui serta dipahami oleh calon peserta pelatihan ini :

1. Peserta wajib memiliki blog. Blog berfungsi sebagai media menulis online dan menampung tulisan-tulisan kita sebagai modal untuk bahan membuat buku.

2. Peserta diwajibkan membuat resume setiap pertemuan terkait materi yang sudah diberikan oleh Narasumber. Resume tersebut diposting di blog, kemudian link postingan resume tersebut dikirim ke form pengumpulan resume. Linknya akan dishare di WA Grup Belajar Menulis. 

3. Syarat untuk dapat lulus pelatihan diantaranya adalah peserta diwajibkan membuat 30 resume dari 30 pertemuan dan menerbitkan 1 buku ika ingin mendapat sertifikat pelatihan 40 JP. 



Link Pendaftaran :
https://forms.gle/AeAtYChhrsBCeFqk7

Cek hasil pengisian form pendaftaran :
https://pelatihanbelajarmenulis.blogspot.com/2021/12/daftar-peserta-gelombang-23.html

Link Grup WhatsApp :
https://chat.whatsapp.com/DQkLihTiaCI4zKYFmgrMbA

Informasi lebih lanjut akan dishare melalui WA Grup.



Rabu, 15 Desember 2021

Pengembangan Kualitas Hidup Melalui Program Literasi Digital

 



Resume GMLD I
Pertemuan ke-20
Oleh : Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd


Pengembangan Kualitas Hidup Melalui Program Literasi Digital.

Dalam pelatihan guru motivator literasi digital angkatan I, seri pamungkas pertemuan ke-20 ini peserta belajar bersama tentang pengembangan kualitas hidup melalui literasi digital. Satu tema yang sangat menarik serta penuh makna ditengah pesatnya arus informasi yang nyaris tidak terbendung. 

Kemajuan teknologi informasi digital selalu memiliki dua sisi yang saling berlawanan, oleh sebab itu senantiasa dibutuhkan sikap bijak dan bajik dalam mengelola diri, menerima termasuk memanfaatkan informasi yang tersedia. Dalam hal ini literasi digital dapat menjadi salah satu strategi yang paling efektif dalam menangkal berbagai dampak negatif, sekaligus mengoptimalkan dampak positifnya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

Kemajuan teknologi yang sangat pesat, membuat orang terperangah. Apalagi dalam masa pandemi, setiap orang dipaksa untuk bisa menguasai pemanfataan Teknlogi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pada materi-materi sebelumnya telah dibahas bagaimana pentingnya literasi digital.

Apabila mendengar kalimat kualitas hidup, tentunya harus ada standar. Bagaimana kualitas hidup setiap orang pasti akan berbeda-beda.



Presiden Joko Widodo pernah mengatakan, silahkan banjiri dunia internet dengan konten-konten yang baik. Lawan konten yang tidak baik dengan konten yang bisa kita buat terus menerus sehingga bisa menyaingi konten yang tidak baik.

Saat kita mengembangkan diri secara terus menerus jangan heran, kesempatan akan datang bahkan prestasi bisa diraih.

Kemampuan akan terus terasah, dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh orang/lembaga terhadap apa yang sedang dikerjakan. Mereka bisa memberikan penilaian dengan apa yang sudah dilakukan secara rutin dan terus-menerus dilakukan.

Setiap guru wajib branding personal. Kenapa? Karena guru harus dapat memberitakan bahwa keberadaan guru itu harus dirasakan manfaatnya, dimana pun berada, baik di sekolah, masyarakat, lembaga, organisasi serta keluarga.

Apa hubungannya dengan peningkatan/pengembangan kualitas hidup?

Saat menggunakan teknologi yang ada dengan memaksimalkan potensi diri untuk mau belajar, berkarya, berbagi dan berbakti, maka banyak kesempatan yang bisa diraih. Manfaatkan tekonologi yang ada saat ini sebagai jalan kebaikan dalam berlomba-lomba membuat kebaikan dimana pun berada.

Mari kita simak bersama tayangan video youtube di bawah ini.

https://www.youtube.com/watch?v=PkLTlCHi-sc

https://www.youtube.com/watch?v=uKKjCsiG32g

Mari terus saling memberikan semangat dalam hidup ini. Jadikan alat-alat yang ada di depan mata kita sebagai alat yang bisa dikendalikan agar hidup semakin baik.

Temu Komunitas Ayo Guru Berbagi Kemendikbud Ristek 2021

Temu Komunitas Ayo Guru Berbagi Kemendikbud Ristek 2021.



Halo Guru Hebat Indonesia.

Ayo Guru Berbagi mengajak Bapak/Ibu Guru dalam Komunitas, Kelompok Guru MGMP untuk mengikuti Temu Komunitas Ayo Guru Berbagi, yang akan diselenggarakan pada:

Hari/Tanggal: Jumat, 17 Desember 2021

Pukul: 13.30-16.00 WIB

Daftarkan Diri, Komunitas, Kelompok Guru atau MGMP Anda melalui:

ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/aksi/

Ayo segera daftar untuk mengikuti diskusi bersama UNICEF dan Kemenkeu Corporate University!

Semangat Guru Indonesia, Semangat Guru Belajar dan Berbagi!

#AyoGuruBerbagi

#GuruBelajardanBerbagi

#MerdekaBelajar

#BanggaJadiGuru

#BerpihakPadaAnak

#BerpusatPadaMurid

#Kemdikbud

#DitjenGTK


Sumber : 

https://www.facebook.com/ditjen.gtk.kemdikbud

https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/aksi/temu-komunitas-ayo-guru-berbagi-desember

Senin, 13 Desember 2021

Era Teknologi Bebas Namun Tanggungjawab

  


Resume GMLD
Pertemuan Ke-19
Oleh : Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd


Era Teknologi Bebas Namun Tanggungjawab.

Apakah yang dimaksud dengan era teknologi?

Teknologi dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekeliling kita.

Berbagai macam penerapan teknologi telah memengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru sering kali mencuatkan pertanyaan-pertanyaan etika baru. Sebagai contoh meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnya hanya menyangkut permesinan. Dengan adanya teknologi kita bebas menggunakannya.

Bagaimana kita semestinya dalam menggunakan teknologi yang bebas ini? Caranya gunakan seperlunya sesuai kebutuhan dengan bijak, misalnya kita sebagai guru menyajikan pembelajaran yang menarik minat siswa, mengintegrasikan kompetensi untuk meningkatkan kecakapan digital dengan mengutamakan etika digital.


Dalam menggunakan teknologi kita diberi kebebasan. Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan antara lain :

1. Membantu untuk mengelola prioritas.

2. Komunikasi yang lebih baik.

3. Menggunakan cara yang berbeda untuk Pendidikan.

4. Memanfaatkan teknologi tepat waktu.

Selain empat cara di atas, berikut contoh pemanfaatan teknologi supaya kegiatan belajar menjadi lebih mudah 

1. Kamus online untuk mempelajari bahasa asing.

2. Menonton video pembelajaran di situs video sharing.

3. Memakai aplikasi untuk penunjang kegiatan belajar.

4. Manfaatkan website penyedia materi pelajaran.

5. Gunakan fitur yang ada di smartphone.

Dengan memanfaatkan era teknologi bebas kita bisa leluasa dalam pemanfaatan dan menggunakannya.

Apakah maksud era teknologi bebas namun  bertangung jawab?

Kita dalam menggunakan teknologi harus bersikap tanggung jawab di tengah ruang kebebasan di media sosial. Transformasi Digital, menuntut kita untuk selalu berbudaya, terutama ketika berinteraksi dengan manusia lain yang memegang otoritas atas ruang digital, dengan selalu berorientasi kepada nilai-nilai baik manusia sebagai tujuannya. 

Oleh karena itu kita harus pandai memanfaatkan teknologi baru dan harus bertanggungjawab dalam menggunakannya. Kita boleh bebas menggunakan teknologi namun harus bertanggung jawab terhadap apa yang kita gunakan. Pemanfaatan teknologi secara tepat waktu sangat membantu dalam pembelajaran.

Jumat, 10 Desember 2021

Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital

 


Resume Pelatihan GMLD
Pertemuan Ke-18
Oleh Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd


Ciptakan Peluang Melalui Literasi Digital.

Kemampuan menerima sebuah informasi tentunya harus diimbangi dengan kemampuan untuk menelusur dan mengidentifikasi yang diterima terutama dalam digital atau yang biasa sering disebut dengan literasi digital. Dimana literasi digital sebagai kemampuan untuk memahami informasi dan yang lebih penting untuk mengevaluasi dan mengintegrasikan informasi dalam berbagai format yang dapat diberikan oleh komputer dalam Gilster (2011).

Literasi digital bisa juga disebut penggunaan internet sebagai rujukan pertama untuk mencari sumber informasi serta dapat pula dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk menggunakan internet sebagai media dalam mencari informasi.

Saat ini Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, tengah Menggelar program bertajuk Gerakan Nasional Literasi Digital.

Program ini sendiri mempunyai empat pilar mendasar yaitu etika digital, budaya digital, keterampilan digital dan keamanan digital.


1.    Etika digital

 

Etika digital berarti kemampuan individu dalam menyadari, menyesuaikan diri dan menerapkan etika digital atau netiquette dalam berselancar di dunia digital. Contoh dari etika digital adalah tidak melakukan perundungan.

 

2.    Budaya digital

 

Budaya digital merupakan hasil kreasi dan karya manusia yang berbasis teknologi internet. Budaya digital juga dapat tercermin lewat cara kita berinteraksi, berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi di dunia digital. Salah satu contoh budaya digital adalah aktivitas menggunakan media sosial hingga belanja online.

 

3.    Keterampilan digital

 

Keterampilan digital berarti kemampuan untuk secara efektif mengevaluasi dan membuat informasi dengan menggunakan berbagai teknologi digital. Hampir sama seperti budaya digital, salah satu keterampilan digital adalah menggunakan media sosial hingga menggunakan platform belanja online.


4.    Keamanan digital

 

Keamanan digital adalah aktivitas mengamankan kegiatan digital, salah satunya tercermin lewat penggunaan password hingga pemahaman mengenai OTP dan istilah cyber security lainnya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyambut baik modul literasi digital yang diterbitkan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang mencakup empat dasar literasi digital, antara lain keamanan digital, keterampilan digital, etika digital, dan budaya digital. Empat pilar utama tersebut akan mendorong terciptanya ekosistem pembelajaran berbasis teknologi yang menghasilkan talenta-talenta digital unggul Indonesia.


Perkembangan Teknologi di Indonesia

Saat ini, digitalisasi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia. Dengan demikian, penguasaan teknologi digital, seperti internet mutlak diperlukan agar pengguna dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya. Kondisinya sekarang, masih banyak pengguna ruang digital yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan untuk memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik. Akibatnya, mereka rentan terpapar oleh informasi yang tidak benar atau hoaks.

Teknologi adalah salah satu unsur pokok dalam pembangunan yang terencana. Tanpa adanya perkembangan teknologi, maka perubahan zaman tidak akan secepat dan secanggih seperti sekarang. Adapun kecanggihan teknologi informasi yang kita nikmati saat ini merupakan buah hasil yang dimulai dari proses panjang puluhan atau bahkan ratusan tahun kebelakang. Terlepas dari pesatnya evolusi teknologi, dampak positif maupun negatif di lingkungan pun tidak bisa dihindarkan. Tidak hanya berdampak ke sektor komunikasi, namun juga terasa hingga sektor pendidikan dan sektor lainnya.

Perkembangan teknologi di Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak zaman pra-aksara. Bukti paling tua bisa kita lihat dari adanya lukisan gua berumur 44 ribu tahun di daerah Sulawesi. Kemudian ketika masuk era kerajaan Hindu-Buddha, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kembali terjadi berkat pengaruh kebudayaan dari India. Memasuki era modern, masyarakat Indonesia banyak melakukan adopsi teknologi dari luar negeri. Mulai dari gadget, internet, hingga sejumlah inovasi yang mampu memudahkan aktivitas sehari-hari. Ketika kita bicara soal teknologi sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang cukup besar. Hanya saja perlu kesadaran serta pergerakan besar agar inovasi teknologi bisa berjalan semakin optimal.

Budaya membaca merupakan salah satu hal paling penting saat ini, inilah negara-negara yang memiliki tingkat literasi tertinggi di dunia. Membaca merupakan salah satu hal terpenting entah itu dalam pendidikan atau dalam hal lain. Banyak negara yang masih memiliki tingkat literasi yang rendah, salah satunya Indonesia. 

Di Indonesia, literasi masih kurang diminati oleh kebanyakan masyarakat. Maka dari itu pemerintah membuat banyak program-program literasi disemua tingkatan pendidikan. Namun, masih banyak siswa yang kurang memiliki niat untuk membaca, karena mereka lebih memilih untuk melakukan aktivitas-aktivitas lain daripada membaca. Sementara di negara-negara lain, program literasi sudah lama diadakan dan tingkat literasinya pun tinggi. Berikut ini lima negara yang memiliki tingkat literasi tertinggi di dunia.


1. Finlandia

Negara ini memang dikenal dengan sistem pendidikan mereka yang sangat baik. Finlandia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat literasi tertinggi di dunia. Terlebih lagi, Finlandia merupakan negara yang unggul dalam pendidikan selama bertahun-tahun. Hal ini juga dikarenakan mereka mewajibkan sembilan tahun pendidikan pada usia 7 tahun.

2. Kanada

Kanada memang bukan negara yang besar, tetapi Kanada merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Di Kanada, terdapat 98 sekolah dan 637 perpustakaan, memang angka yang tidak seimbang, namun hal ini sangat membantu meningkatkan minat membaca masyarakat Kanada.

3. Selandia Baru

Selain Finlandia, Selandia Baru juga memiliki sistem pendidikan yang kuat terlebih lagi dalam mendorong minat membaca masyarakatnya. Maka dari itu Selandia Baru menjadi salah satu negara dengan minat membaca tertinggi di dunia. Tingkat minat membaca negara Selandia Baru adalah 93%.

4. Austria

Austria merupakan salah satu negara dengan ekonomi yang terkuat, selain itu, Austria juga memiliki minat membaca yang kuat juga. Negara Austria menyediakan sembilan tahun pendidikan gratis untuk anak-anak Austria. Sekitar 98% warga Austria menyukai membaca dan menulis.

5. Belanda

Belanda juga dikenal sebagai salah satu negara yang paling terdidik di dunia. Kamu bisa menemukan beberapa universitas terkenal di negara kincir angin ini. Untuk negara Belanda, sudah diwajibkan anak berumur lima tahun untuk bersekolah, tidak heran jika Belanda termasuk salah satu negara yang memiliki minat membaca tertinggi.


Manfaat Literasi Digital


1. Memperoleh informasi dengan cepat


Mampu menggunakan teknologi membuat kita memperoleh informasi dengan lebih cepat dibandingkan dengan harus mencari melalui buku.

2. Belajar lebih cepat


Hal ini dapat dilihat dari belajar bahasa asing. Ketika kita mencari arti dari suatu kata, akan lebih cepat dengan internet ataupun bantuan aplikasi daripada harus belajar melalui media cetak.

3. Menghemat uang


Kemampuan menggunakan internet dapat membantu penggunanya untuk memperoleh informasi dengan gratis.

4. Selalu mengetahui informasi terkini


Internet dan aplikasi terkini membuat penggunanya mudah untuk mengetahui informasi yang sedang hangat dibicarakan.

5. Mempermudah proses komunikasi


Mampu menggunakan aplikasi komunikasi seperti line, whatsapp, bbm, skype, dll dapat mempermudah kita untuk berkomunikasi dengan orang di seluruh dunia.

6. Mengetahui cara menjaga privasi dalam dunia online


Literasi digital membantu kita untuk lebih pandai dalam menjaga privasi, juga membantu kita untuk mengetahui batas dalam menampilkan identitas online untuk menghindari sesuatu hal yang tidak di inginkan.

7. Memahami segala jenis cybercrime


Memberi pengetahuan kepada kita dalam melakukan self-filtering guna menghindari segala bentuk kejahatan.

8. Mengenal ciri-ciri situs atau konten palsu


Literasi digital menuntut kita untuk menjadi pengguna teknologi yang cerdas. Dalam hal ini, dapat memilah mana informasi yang benar sesuai fakta dan mana yang hanya karangan belaka sehingga dapat membantu kita agar terhindar dari segala jenis penipuan online.


Cara untuk menciptakan peluang:

Menciptakan peluang usaha tidak bisa dibilang mudah. Namun, Anda tetap bisa melakukannya apabila bekerja keras dan pandai menciptakan solusi. Lebih dari itu, ada cara lain untuk menciptakan peluang usaha berdasarkan berbagai faktor.

1. KebutuhanSaat ada kebutuhan yang Anda rasa belum dapat terpenuhi dari produk dan jasa yang sudah tersedia, maka Anda bisa menciptakan produk lain yang lebih mumpuni. Ini akan menjadi peluang besar karena permintaan akan produk dan jasa tersebut akan menjadi tinggi.

2. Kemampuan diri Kemampuan yang terdapat di dalam diri sendiri sudah selayaknya dikembangkan menjadi sebuah peluang usaha yang baru. Semisal, Anda bisa menciptakan kue yang lezat, maka tidak salah membuka bisnis kue basah dengan berbagai kreasi yang ada.

3. HobiSiapa sangka jika hobi bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah. Seperti hobi yang berkaitan dengan wisata kuliner, maka Anda bisa juga menjadi seorang kuliner vlogger atau blogger. Anda juga bisa menjadi orang yang me-review makanan-makanan enak yang disediakan oleh restoran sebagai pertimbangan bagi calon pengunjung.

4. LokasiMenciptakan usaha akan berdampak cukup baik bagi Anda. Semisal, Anda memiliki rumah yang berlokasi di dekat sekolah atau kampus, maka usaha fotokopi bisa menjadi pilihan yang cerdas. Anda juga bisa membuka kedai dengan harga khusus untuk para pelajar.




Rabu, 08 Desember 2021

Berbagi Praktik Baik Literasi Digital

  



Resume Pelatihan GMLD
Pertemuan Ke-17
Oleh : Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd


Berbagi Praktik Baik Literasi Digital.

Data penggunaan internet di Indonesia yaitu jumlah pengguna 274, 9 juta, pengguna ponsel 345,3 juta, pengguna internet 202, 6 juta sedangkan pengguna media sosial 170 juta.

Aktifitas masyarakat pengguna internet di Indonesia juga sangat luar biasa sekali, baik itu internet devica, media sosial online, game, podcast, broadcast, musik, dan sebagainya.

Apakah yang dimaksud dengan literasi digital:

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya.

Literasi digital merupakan pengetahuan dan kecakapan dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan dan lain sebagainya.

Manfaat literasi digital antara lain yaitu:

1. Menambah wawasan individu, kgiatan mencari dan memahami informasi.
2. Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi.
3. Menambah penguasaan kosa kata indivividu, dari berbagai informasi yang dibaca.
4. Meningkatkan kemampuan verbal individu.
5. Literasi digital dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi individu.
6. Menambah kemampuan individu dalam membaca, merangkai kalimat serta menulis informasi.

Hubungan literasi digital dalam dunia pendidikan.

Hubungan literasi digital dengan dunia pendidikan adalah literasi digital mampu mengembangkan dunia pendidikan. Literasi digital yang semakin baik akan membuka akses informasi yang lebih luas. Dengan cara ini kualitas sektor pendidikan dapat ditingkatkan.

Relevansi literasi digital pada pembelajaran di masa pandemi.

Menurut menteri pendidikan, kebudayaan, riset dan tekhnologi, Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan bahwa pemanfaatan tekhnologi mampu mengakselerasi transformasi pendidikan dan mendorong lompatan kemajuan khususnya di masa Pandemi Covid-19. Namun, terdapat syarat wajib yang harus dipenuhi yakni pemanfaatan tekhnologi secara tepat sasaran dan kecakapan digital. Kecakapan digital mencakup kemampuan dalam mengelola dan memanfaatkan sumber-sumber digital secara bijak.

Kecakapan digital adalah kemampuan individu daam mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang, meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari.

Kenapa literasi digital harus diajarkan pada dunia pendidikan?


Dekatnya anak-anak dengan media sosial rentan terhadap pengaruh negatif. Kemudian dengan pemahaman literasi digital juga dapat mencegah terjadinya cyber bullying atau phising atau penipuan dengan berkedok iming-iming di dunia digital inilah yang perlu diedukasikan kepada anak-anak kita.

Berikut ini adalah contoh-contoh literasi digital:

1. Contoh literasi digital di sekolah.
- Komunikasi dengan guru atau teman menggunakan media sosial.
- Mengirim tugas sekolah lewat email.
- Pembelajaran dengan cara online lewat aplikasi ataupun web.
- Mencari bahan ajar dari sumber terpercaya di internet.

2. Contoh literasi digital di rumah.
- Melakukan penulusuran dengan menggunakan browser.
- Mendengarkan musik dari layanan streaming resmi.
- Melihat tutorial memasak di internet.
- Menggunakan laptop yang tersambung ke internet untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan.

Tujuan pembelajaran literasi digital di sekolah.

Tujuan pembelajaran literasi digital di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kapasitas guru untuk menyajikan pembelajaran yang menarik bagi siswa melalui pemanfaatan media digital;

2. Mengintegrasikan kompetensi dasar dalam pembelajaran untuk meningkatkan kecakapan digital;

3. Menumbuhkan karakter baik melalui pemanfaatan media digital dengan mengutamakan etika dan norma sosial.

Manfaat literasi digital bagi siswa :

1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk lebih kritis dalam berpikir serta memahami informasi.
2. Menambah penguasaan 'kosa kata' siswa, dari berbagai informasi yang dibaca.
3. Meningkatkan kemampuan verbal siswa.
4. Literasi digital dapat meningkatkan daya fokus serta konsentrasi siswa.

Praktik baik terintegrasi dengan mata pelajaran.

Implemantasi literasi digital dalam Gerakan Literasi Sekolah perlu ditanamkan dalam proses pembelajaran yang terstruktur, atau setidaknya terintegrasi dengan proses pembelajaran. Tujuannya adalah agar ada pengawasan terhadap penggunaan media-media digital. Keterampilan ini harus terakomodasi di ruang kelas maupun lingkungan sekolah, sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal untuk kecakapan kognitif, sosial, bahasa, visual, dan spiritual. Kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran dalam Gerakan Literasi Sekolah sebenarnya sudah mengacu pada upaya membiasakan peserta didik untuk gemar membaca. Namun dengan diimplementasikannyaliterasi digital dalam gerakan Literasi sekolah, diharapkan memberi keuntungan lebih bagi warga sekolah khususnya peserta didik untuk dapat menyebarkan gagasan dan mencari sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, penggunaan literasi digital dipercaya mampu memberikan inovasi pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan kekinian.



 
Literasi digital dalam gerakan literasi sekolah.

Gerakan literasi sekolah telah digagas oleh kemendikbud pada tahun 2015. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui budaya pemahaman informasi yang kritis, analitis, dan reflektif (Kemendkikbud,2016). Gerakan ini diterapkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat membaca di kalangan pelajar. Literasi sendiri dimaknai sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. 

Derasnya arus informasi berbasis digital menuntut peserta didik untuk lebih cermat memahami informasi yang berkualitas. Merujuk pada pendapat (O’Brein & Scharber, 2008) bahwa literasi digital dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran yang aktual. Penggunaan media digital ini tidak hanya memudahkan, tetapi juga memberikan gambaran lain yang autentik tentang media digital. Adapun manfaat lain, yaitu meningkatkan minat membaca di luar jam sekolah, meningkatkan rasa percaya diri sebagai pembaca yang baik, dan menumbuh kembangkan penggunaan sumber bacaan yang aktual.

Implementasi literasi digital dalam gerakan literasi sekolah.

Agar sekolah mampu mengembangkan buadaya literasi dengan baik, maka harus memperhatikan tiga hal berikut ini : 

1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi. Cara yang bisa ditempuh dengan pengembangan budaya memajang karya peserta didik di seluruh area sekolah. Agar suasana tercipta dinamis, dapat dilakuan penggantian secara rutin, sehingga akan memberikan kesempatan pada semua peserta didik untuk menjadi perhatian. 

2. Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sekolah sebagai media komunikasi dan interaksi yang literat. Lingkungan sosial dan afektif dibentuk dan dikembangkan dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian peserta didik, seperti pemberian penghrgaan, penyelengaraan festval buku, dan lain sebagainya. 

3. Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat. Sekolah membuatperencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah termasuk membentuk tim literasi sekolah yang bertugas untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program.

Pembelajaran berbasis literasi mengakomodasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang didorong untuk mencari informasi melalui berbagai referensi, baik berupa materi cetak maupun digital. Implematasi literasi digital dalam gerakan literasi sekolah dilakukan melalui tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. 

Tahap pertama adalah tahap pembiasaan. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini antara lain 15 menit membaca buku non pelajaran, pembuatan jurnal membaca siswa, penyipan sarana literasi (penyediaan buku, area bacaaan, dan akses internet), menciptakan lingkungan kelas atau sekolah yang nyaman untuk membaca, pembimbingan literasi digital secara bertanggungjawab, serta memperkenalkan etika perilkau dan hukum dalam menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi. 

Tahap kedua, tahap pengembangan. Pada tahap ini, kegiatan yang dapat dilakukan adalah 15 menit membaca buku nonpelajaran, pembuatan respon bacaan, penilaian nonakademik, pembuatan bahan kaya teks oleh siswa, pembimbingan penggunaan komputer dan internet untuk kegiatan literasi, serta pengenalan penggunaan berbagai bahan referensi cetak dan digital untuk mncari informasi. 

Tahap ketiga, tahap pembelajaran. Kegiatan pada tahap ini antara lain 15 menit membaca buku nonpelajaran, pemanfaatan berbagai strategi literasi dalam pembelajaran, pengembangan kemapuan literasi digital dalam pembelajaran bagi pengajar dan peserta didik, penilaian akademik, pengembangan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik, serta memilih cara dan jenis literasi digital yang tepat untuk proses pembelajaran, produksi pengetahuan, dan peyebarannya. 

Implematasi program literasi digital dalam gerakan literasi sekolah diharapkan dapat mendorong peserta didik dan warga sekolah lainnya dalam mendukung keteramapilan Abad 21, sebagaimana dijelaskan penggunaan computer untuk mendukung 4C (Zoraini, 2014), The Four Cs of 21st Century Skills, yaitu :

(1) Critical Thinker, peserta didik didorong untuk berfikir kritis dan mampu memacahkan masalah dengan cara diberi permasalahan dalam pembelajaran, dipancing bertanya, dan berupaya mencari pemecahan masalah dengan mencari berbagai informasi melalui internet; 

(2) Communicator, peserta didik dilatih untuk memahami dan mengkomunikasikan ide. Setelah memahami apa yang dipelajari, peserta ddik didorong untuk membagikan ide-ide yang telah menjadi gagasan-gagasan sebagaiman apa yang telah diperolehnya melalui kegiatan berliterasi; 

(3) Collaborator, kemampuan bekerjasama dalam mekukan pekerjaan bersama orang lain, oleh karena itu dengan literasi digital perserta didik dilatih untuk beker sama dengan orang lain, kelompok lain, bidang lain, denganc ara berbagi informasi dan pengalaman melalui media komputer; 

(4) Creator, kemampuan menjadi kreator sangan diperlukan untuk menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi.




Senin, 06 Desember 2021

Bijak Dalam Bermedia Sosial

 



Resume GMLD
Pertemuan Ke-16
Oleh : Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd


Bijak Dalam Bermedia Sosial

Bermacam-macam aplikasi yang terbaru dan itu termasuk di dalamnya adalah media sosial banyak bermunculan. Tentu kita sebagai seorang guru atau yang berprofesi apapun harus bijak dalam menyikapi makin maraknya media sosial ini.

Media sosial merupakan media yang digunakan masyarakat untuk mengkomunikasikan kepada pihak lain baik perseorangan atau publik.

Kata bijak mengandung dua arti:

1. Selalu menggunakan akal budinya, pandai, mahir.

2. Pandai bercakap-cakap.

Orang bijak artinya orang yang pandai menempatkan sesuatu sesuai dengan peruntukannya. Demikian pula dengan bermedia sosial. Apabila kita ingin disebut bijak, maka tempatkan media sosial sesuai fungsinya.

Media sosial adalah sebuah media daring yang digunakan satu sama lain, yang mana para penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, menciptakan isi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual tanpa dibatasi oleh ruang serta waktu.

Media sosial dapat bermanfaat untuk: 

1. Menjalin silaturahmi

2. Menambah relasi

3. Bisnis, dan 

4. Sebagai wadah untuk menunjukkan suatu karya.

Apabila kita dapat memanfaatkan media sosial untuk hal positif, maka bermacam-macam kebaikan akan kita raih.

Mari kita menjadi manusia yang bijak karena bijak adalah pilihan sedangkan tua adalah kepastian.

Jumat, 03 Desember 2021

Literasi Digital Menciptakan Kemampuan dan Kesempatan

 


Resume GMLD
Pertemuan Ke-15
Oleh : Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd



Literasi Digital Menciptakan Kemampuan dan Kesempatan

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Merangkum akun Instagram @ditjen. dikti, ada enam literasi dasar yang perlu dikuasai, antara lain: literasi baca dan tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi budaya dan literasi finansial.


Sedangkan literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi digital juga dapat didefinisikan sebagai "kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, membuat, dan mengkomunikasikan informasi, yang membutuhkan keterampilan kognitif dan teknis". 

Literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.

Literasi digital lebih cenderung pada hal hal yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital.

Literasi digital merupakan respons terhadap perkembangan teknologi dalam menggunakan media untuk mendukung masyarakat memiliki kemampuan membaca serta meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca.


Berikut ini beberapa contoh kegiatan literasi digital di sekolah:

1. Peserta didik dianjurkan membaca melalui aplikasi digital.

2. Guru mengajak peserta didik menulis melalui aplikasi digital.

3. Sekolah mengadakan kelas virtual.

4. Warga sekolah berkomunikasi menggunakan tekhnologi digital.

5. Mengunggah kegiatan sekolah melalui Blog.

6. Pihak sekolah aktif mengelola website.

7. Sekolah membuat akun instagram untuk informasi.

Mengapa peserta didik wajib mengetahui dan mengaplikasikan literasi digital?

1. Waktu yang dipakai peserta didik dalam mengakses internet dapat digunakan dengan baik.

2. Memperluas jaringan belajar.

3. Memperkaya keterampilan.


Mari kita kembangkan literasi digital kita agar dapat meningkatkan kemampuan dan menciptakan kesempatan.


















Kamis, 02 Desember 2021

SATUGURU Berjuta Ilmu dan Mengajar Itu Menyenangkan

 


SATUGURU Berjuta Ilmu dan Mengajar Itu Menyenangkan

Tahun 2021 sudah dipenghujung bulan dan akan segera berganti, tentunya bukan untuk kita terlena dalam hingar bingar pergantian tahun baru akan tetapi refleksi guru menuju resolusi 2022 perlu dilakukan dalam rangka berkhidmat untuk kemajuan pendidikan. Bagaimanapun Kompetensi guru semakin dibutuhkan, di era society 4.0 atau revolusi industri 4.0. Sering juga disebut keterampilan 4.0. atau  keterampilan abad 21.

Sudah siapkah kita dengan harapan terwujudnya Merdeka Belajar di Indonesia? Terlebih lagi Kurikulum baru sudah santer kita dengar akan diberlakukan pada tahun 2022. Peran guru saat ini sangatlah dibutuhkan, bukan hanya membuat perubahan tetapi juga dalam mengawal jalannya perubahan. Manusia-manusia cerdas, berakhlak, mampu berkreasi serta berinovasi merupakan produk para guru. Mereka terus mengembangkan dan mengupgrade pengetahuannya sehingga mereka mampu mencipta dengan menghasilkan sebuah karya.

Bagaimana dengan para guru itu sendiri? Apakah mereka juga harus mengupgrade pengetahuannya sehingga tetap kekinian? Jawabannya tentu saja iya, karena apabila mereka tidak mengupgrade pengetahuannya maka mereka akan tertinggal, baik oleh kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, perkembangan social budaya yang semakin mendunia dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru harus dapat diaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik secara daring maupun luring atau bahkan kolaborasi diantara keduanya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai pedoman. Inti atau pokok dari pedoman yang harus dijadikan pegangan oleh para guru di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dijabarkan kembali oleh peraturan yang berada dibawahnya seperti UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta peraturan-peraturan lainnya.

Hal lain yang perlu dijadikan pedoman bagi para guru adalah tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, Dalam pendidikan perlu meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotor). Singkatnya “educate the head, the heart, and the hand”.

Upaya mengembangkan ketiga daya tersebut secara bersamaan merupakan proses humanisasi dalam pendidikan atau disebut memanusiakan manusia. Dengan kata lain mendidik manusia guna mencapai sisi kemanusiaan yang luhur.

Metode yang sesuai dengan system pendidikan ini adalah metode among yaitu asah, asih dan asuh. Pelaksanaan pendidikannya dapat berlangsung di berbagai tempat. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan Tri Sentra Pendidikan yang antara lain alam keluarga (pendidikan informal), alam perguruan (pendidikan formal) dan alam pergerakan pemuda (pendidikan non formal).

Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Terdapat tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara yang mesti dipahami dan diaplikasikan oleh para guru dalam pengabdiannya, antara lain yaitu:

Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.

- Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan.

- Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.

Misi yang bersifat multidimensional juga harus dapat kita wujudkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar, antara lain yakni :

1) Misi psikopedagogis merupakan misi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara progresif dan berkelanjutan;

2) Misi psikososial yang bertujuan untuk memfasilitasi kematangan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat bangsa dan negara;

3) Misi sosiokultural yang merupakan misi untuk membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan kehidupan yang demokratis (Winataputra, 201 6:22).

https://youtu.be/DexKPYSQ3vc

Video Youtube di atas menceritakan tentang kisah Cepi. Cepi adalah seorang murid kelas 6 SD yang kurang kasih sayang keluarga, ia hidup bersama neneknya. Di sekolah, dia menjadi anak yang dianggap nakal dan seringkali berbuat usil terhadap teman-temannya. Tabiatnya susah diatur oleh guru. Neneknya pun sudah hampir angkat tangan. Suatu hari, Pak Tedy, sang guru Olahraga, mengadakan seleksi untuk perwakilan sekolah di ajang Lari untuk pekan olahraga. Ia yang sudah lama mengamati kebiasaan Cepi berlari, mencoba menyemangatinya. Cepi dipilihnya menjadi anggota kontingen lomba lari dalam pekan olahraga tingkat kecamatan. Latihan, disiplin dan dukungan Pak Tedy membuat Cepi menemukan cara baru untuk menyalurkan energinya. Musim latihan terus berjalan, dan Pak guru terus berjuang meyakinkan Cepi dan melatih kesiapan fisik dan mentalnya. Film pendek ini dipersembahkan kepada para guru di berbagai penjuru Indonesia. Guru hebat adalah yang bisa menemukan kunci pembuka potensi muridnya, kemudian memoles potensi menjadikannya prestasi.

Mari kita bersama-sama mendidik murid-murid kita dengan ilmu dan hati demi untuk mewujudkan Merdeka Belajar. Ilmu terus berkembang, tekhnologi pun semakin maju dengan pesat. Kita tidak bisa diam berpangku tangan dalam perkembangan tersebut tetapi kita sudah seharusnya ikut berkonstribusi untuk bangsa dan negara. Perubahan tidak akan datang dengan sendirinya tapi perubahan akan datang dengan diiringi keinginan serta bentuk nyata suatu usaha agar terwujud suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Dari SATUGURU dampaknya akan luar biasa dalam menciptakan perubahan dibidang pendidikan.

#SATUGURU



Rabu, 01 Desember 2021

Menjelajah Alam Digital Yang Luas

 


Resume Pelatihan GMLD
Pertemuan Ke-14
Oleh : Sigid Purwo Nugroho, S.H., S.Pd


Menjelajah Alam Digital yang Luas


Untuk mengembangkan budaya literasi genarasi penerus bangsa, di perlukan kecakapan dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab agar mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel. Cerdas ber media sosial berarti cerdas ber literasi. Perlu edukasi yang massif dalam menggerakan literasi digital agar setiap individu dapat dengan mudah memahami informasi dengan benar.

Apa saja yang kecakapan dalam dunia digital? Empat Pilar/Dasar dalam memahami literasi digital.


Menjelajahi dunia digital tentu perlu kecakapan, agar kita mampu memiliki wawasan yang luas. Tak hanya luas dalam menjelajahi dunia maya saja. Tetapi juga luas secara intelektual.

Empat Pilar dalam mengembangkan Literasi Digital:

1. Digital Culture, cakap  bermedia digital dengan memanfaatkan media digital sebagai alat untuk menghubungkan satu koneksi menuju seluruh dunia

2. Digital Safety, cakap dalam melindungi diri dan aset digital ketika sedang berada di dunia digita.

3. Digital Ethics, etis dalam menggunakan dunia digital dengan tidak mengalahgunakan alat digital sebagai penyebar informasi hoaks

4. Digital Skill, cakap secara tehnologi dalam menggunakan piranti digital sebagai alat untuk meng up grade pengetahuan. Adapun kecakapan dalam hal ini perlu meliputi 8 kecakapan diantaranya : Cakap dalam memakai ilmu Coding, Collaboration, Cloud software, Word Processing software, Screen Casting, Personal digital archiving, Information Evaluation, Use of social media.

Menjelajah alam digital/alam maya. Adalah sebuah alam yang memberi koneksi antara satu individu dengan individu lainnya (jauh menjadi dekat) lewat kecanggihan sebuah teknologi.

Seperti yang kita ketahui alam media digital yang kerap kali kita gunakan, adalah aplikasi sosmed berupa WA, IG, FB, Twitter serta perangkat google dengan segala produknya.

Sebagai seorang guru tentu kita mengetahui sebagian besar anak didik kita sudah menggunakan piranti digital. Mereka sangat pandai bergaul di dunia maya. Tak jarang ketika gurunya belum mengerti sebuah aplikasi, tetapi anak muridnya sudah mahir menggunakan medsos. Itulah sebabnya mengapa begitu penting bagi kita untuk menggaungkan literasi digital terhadap anak didik kita ataupun masyarakat di lingkungan kita. Tak sedikit dari siswa kita yang terkadang salah kaprah dalam penggunaan media sosial.

Pemahaman yang cukup mengenai dunia digital bagi kalangan anak muda dan keterbukaan informasi di media sosial yang memberikan dampak negatif penggunaan media sosial seringkali dialami oleh anak muda hususnya para pelajar.

Usia muda atau remaja berasal dari kata adolesence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Usia remaja adalah masa peralihn dari kanak-kanak menuju dewasa yang dialaminya dalam tiga tingkatan yaitu praremaja 10-12 tahun, remaja awal 13- 16 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.

Dalam menyongsong abad 21 dimana adanya implementasi pembelajaran melalui mesin (komputasi) segala informasi tersedia dengan luas, dimana saja dan kapan saja. Maka, digital literasi menjadi penting untuk membangun pendidikan yang berintergrasi pada  pergeseran pembangunan pendidikan ke arah ICT, sebagai salah satu strategi manajemen pendidikan 21 yang di dalamnya meliputi tata kelola kelembagaan, dan sumber daya masunia. Untuk itu,  edukasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam meningkatkan budaya cerdas ber-literasi agar para generasi penerus bangsa mampu menyarig  informasi  dengan baik yang beredar dari media sosial.

Pemahaman literasi digital yang buruk akan berpengaruh pada dampak psikologis anak dan remaja yang cenderung menghina orang lain, menimbulkan sikap iri terhadap orang lain, mengakibatkan depresi, terbawa arus suasana hati terhadap komentar negatif, serta terbiasa berbicara dengan bahasa kurang sopan. Atas dasar pandangan tersebut, hal inilah yang menyebabkan dampak buruk dalam berinteraksi. 

Apabila penggunaan piranti digital terlampau tinggi, maka mereka akan cenderung mengalami Digital Fatigue.



Ciri-ciri Digital Fatigue

- Perasaan lelah, bosan, malas, dengan berbagai kegiatan digital seperti zoom meeting, webinar, media sosial, dan berbagai platform digital lain.

- Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

- Mata terasa sakit, lelah, dan perih.

- Sakit kepala dan migrain.

- Nyeri otot leher, bahu, atau panggung.

- Sensitif terhadap cahaya.

- Gangguan pada fokus, konsentrasi, dan memori.

- Merasa putus asa dan tidak berdaya.

- Kewalahan menghadapi situasi yang berulang.

- Badan terasa lemah, lesu, tidak bertenaga, dan malas bergerak.

- Muncul perilaku yang aneh dan tidak wajar.

Untuk itu seorang guru perlu menjadi stakeholder dalam pengembangan literasi media karena media merupakan alam maya yang mampu membawa kita terhubung pada dunia yang lebih luas.


1. Photo visual literacy.

Kemampuan untuk membaca dan menyimpulkan informasi dari visual.

2. Reproduksi literacy.

Kemampuan untuk menggunakan teknologi digital untuk menciptakan karya baru dari pekerjaan.

3. Percabangan literacy.

Kemampuan untuk berhasil menavigasi di media non-linear dari ruang digital.

4. Informasi literacy.

Kemampuan untuk mencari, menemukan, menilai dan mengevaluasi secara kritis informasi yang di temukan di web.

5. Sosio-emosional literacy.

Kemampuan yang mengacu pada aspek-aspek sosial dan emosional yang hadir secara online, apakah itu mungkin melalui sosialisasi, dan berkolaborasi, atau hanya mengkonsumsi konten.

Delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital:

1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna digital.

2. Kognitif, yaitu daya pikir menilai konten.

3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual.

4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja dan jejaring komunikasi di dunia digital.

5. Kepercayaan diri yang bertanggungjawab.

6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru.

7. Krisis dalam menyikapi konten.

8. Bertanggungjawab secara sosial.

yaitu yaitu pemahaman ragam konteks.


Sadar atau tidak, kita adalah bagian dari dunia. Alam maya membawa kita terbang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu negara menuju negara lain.

Dari sekian media sosial yang dipakai sebagian besar rakyat dunia, perlu literasi media yang massif agar kita mampu menggenggam dunia dengan cara yang benar.


1. Perhatian. 

Kemampuan untuk mengidentifikasi ketika dibutuhkan fokus perhatian dan mengenali ketika multitasking bermanfaat. Perhatian dapat dicapai dengan memahami bagaimana pemikiran orang. Akan sulit untuk memfokuskan perhatian karena pikiran kita cenderung berjalan acak.

2. Partisipasi.

Mengetahui kapan dan bagaimana partisipasi merupakan hal penting. Partisipasi memberikan pengguna pengalaman berbeda saat menjadi produktif. Partisipasi dalam media sosial dibedakan menjadi dua yaitu netizen aktif dan netizen pasif. Netizen aktif merupakan pengguna media sosial yang ikut memberikan post di media sosial. sedangkan pengguna pasif merupakan pengguna media sosial yang hanya membaca lini masa media sosial tanpa memberikan posting-an.

3. Kolaborasi.

Pengguna dapat mencapai lebih dengan bekerja sama dibandingkan dengan bekerja sendirian. Melalui kolaborasi, redudansi dapat dihilangkan dan pekerjaan dapat didistribusikan. Adanya kolaborasi memungkinkan masyarakat berbagi sumber daya dan membangun ide lain.

4. Kesadaran jaringan.

Jaringan sosial saat ini diperluas dengan adanya teknologi. Saat ini masyarakat dapat menjadi anggota dari newsgroup, komunitas virtual, situs gossip, forum dan organisasi lainnya. Pemahaman mengenai sosial dan jaringan teknis.

5. Pemakaian secara kritis.


Pemakaian secara kritis adalah evaluasi tentang apa dan siapa yang dapat dipercayai. Sebelum mempercayai, mengkomunikasikan, atau menggunakan apa yang ditulis oleh orang lain, ada baiknya melakukan identifikasi. Cek klaim yang terdapat dalam informasi tersebut, lihatlah latar belakang penulis, sumber daya dan keakuratannya.

Literasi media sosial merupakan suatu keterampilan yang diperlukan untuk tetap dapat melakukan aktifitas ber-media sosial dengan aman. Sebagai warganet yang baik, kita harus mampu menyaring dan memberikan informasi yang edukatif. Sesuai dengan istilah media sosial yang dikemukakan oleh (Taylor & Francis Online, 2014) bahwa media sosial memiliki akronim sebagi berikut:

1. Sharing views

2. Optimizing Knowledge

3. Collaborating on projects

4. Investigating new ideas

5. Advocacy for your service provision

6. Learning from others

7. Making new connections

8. Enhancing your practice

9. Debating the future

10. Inspirational support

11. An essensial tools for your information toolbox.

Media sosial yang kental dengan kehidupan masyarakat saat ini, menunjukkan bahwa animo masyarakat terhadap kebutuhan informasi juga meningkat. Sebenarnya hal ini merupakan hal yang baik. Sayangnya, karena media sosial merupakan salah satu arena untuk menyebarkan informasi, maka ada banyak informasi yang simpang siur.


Membangun mental digital berarti membangun karakter para generasi bangsa menuju masa emas 2045. Generasi milenial dalam dunia digital akan terus menggelinding dan akan menjadi pemimpin bangsa di masa depan. Target Indonesia emas (2045) akan tercapai bila generasi milenial saat ini melek wawasan kebangsaan, dan menguasai literasi kebangsaan.

Sarat cerdas berliterasi digital adalah memiliki karakter kebangsaan yang perlu dijunjung  tinggi dan harus menjadi poin utama dalam berbagai aspek. Beberapa nilai-nilai karakter yang perlu ditanamkan diantaranya:

1. Nilai Kejujuran.

2. Nilai Semangat.

3. Nilai Kebersamaan atau Gotong royong.

4. Nilai Kepedulian  atau solidaritas.

5. Nilai Sopan santun.

6. Nilai Persatuan dan Kesatuan.

7. Nilai Kekeluargaan.

8. Nilai Tanggungjawab.



Opening Ceremony Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 31

  Poto Dok. Sigid PN Tidak terasa Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI sudah memasuki Gelombang 31. Untuk acara Opening Ceremony KBMN...