Senin, 28 Februari 2022

Pemasaran Buku

 





Resume Pertemuan Ke-19
Pelatihan Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber : Agus Subardana
Moderator : Raliyanti




Pemasaran Buku.

Tidak terasa pertemuan pelatihan menulis bersama PGRI telah memasuki pertemuan ke 19. Telah banyak ilmu juga wawasan yang telah saya peroleh. Termasuk memperluas pertemanan dengan guru pegiat literasi di seluruh Indonesia.

Pengetahuan yang kita miliki tentunya akan lebih bermanfaat jika dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari serta berbagi dengan orang banyak dan buku merupakan salah satu media untuk kita berbagi pengetahuan.

Pada sesi-sesi sebelumnya telah dibahas tentang menulis hingga proses penerbitan buku. Terasa makin lengkap sudah dengan materi yang diberikan pada malam ini yaitu materi tentang pemasaran buku.

Seperti biasa pertemuan ini terbagi menjadi empat sesi yaitu sesi perkenalan, penyampaian materi, tanya jawab dan penutup. Pelatihan malam ini, menghadirkan Narasumber bapak Agus Subardana, S.E., M.M. Beliau dari Penerbit ANDI Yogyakarta.


Buku merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan dan sarana utama bagi proses pembelajaran serta sarana  penyampaian informasi. 

Sejak usia dini, anak-anak telah diperkenalkan pada buku dan diajarkan untuk membaca beraneka ragam terbitan buku. Dalam rangka mempersiapkan generasi muda yang cerdas dengan minat baca yang tinggi khususnya anak-anak, pemerintah mendorong kegiatan membaca sebagai wujud dukungan dan tindakan nyata dalam membangun budaya membaca sejak dini.

Dukungan pemerintah terhadap budaya membaca buku dan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap buku, menciptakan peluang usaha bagi pengusaha yang bergerak di bidang penerbitan buku.

Pada saat melesunya bisnis di berbagai industri akibat pandemi Covid-19, industri penerbitan buku sekala Global-Dunia justru bertumbuh. Merujuk laporan Nielsen BookScan ICM, penjualan buku di secara global/dunia hingga akhir 2021 (YTD) mengalami pertumbuhan cukup signifikan.

Masih merujuk data tersebut, genre buku yang mengalami kenaikan adalah genre “Food & Drink” yang pertumbuhannya mencapai 33% atau menjadi 2,8 juta Euro. Selanjutnya, pada genre Fiksi tumbuh 9% (menjadi 7,1 juta Euro), genre Leisure & Lifestyle tumbuh 37% (menjadi 1,4 juta Euro), genre Personal Development tumbuh 11% (menjadi 2,2 juta Euro), dan genre Children & Young Adult Non-Fiction tumbuh 15% (menjadi 1,5 juta Euro).

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) mengungkapkan berdasarkan hasil analisa pasar seperti yang dikutip dari situs resmi www.ikapi.org, industri penerbitan nasional terdampak cukup keras dalam terpaan pandemi. Lantaran, tutupnya toko-toko buku, sekolah-sekolah, dan pengadaan buku oleh dinas/perpustakaan.

Berdasarkan hasil survei IKAPI sebanyak 58,2% Penerbit mengeluhkan penjualan yang turun lebih dari 50%. Separuh Penerbit juga menyebutkan merosotnya produktivitas karyawan secara tajam dalam kondisi "Work From Home" (WFH) saat ini. Bahkan, sebanyak 60,2% Penerbit menyatakan bahwa mereka hanya sanggup menggaji karyawan selama tiga bulan dan hanya 5% yang menyatakan sanggup bertahan sampai satu tahun.

Walaupun demikian, Penerbit ANDI Yogyakarta mempunyai beberapa genre buku yang kontribusinya justru bertumbuh di masa pandemi. Antara lain, genre buku sekolah, buku anak, masak, self improvement, hukum, bisnis, parenting dan family, serta computing dan tekhnologi.

Fenomena menarik di industri penerbitan buku pada masa pendemi adalah bertumbuhnya penjualan di kanal online dan Directselling .

Narasumber menegaskan bahwasannya fenomena lain yang perlu dicatat oleh para pemasar di industri penerbitan buku, adalah perubahan pola perilaku konsumen, khususnya segmen remaja. Konsumen remaja tidak lagi melihat harga, tapi gimmick. "Mereka juga selalu ingin menjadi orang yang pertama mendapatkan produk bukunya," ungkap Narasumber.

Strategi pemasaran penjualan buku sangat dipengaruhi oleh banyak aspek dan unik. Kenapa demikian? Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis buku yang di terbitkan. Jenis-jenis buku yang di terbitkan tersebut dikelompokkan menjadi kategori buku. Salah satu contoh Penerbit ANDI Offset menerbitkan buku cukup banyak katagori produk yaitu ada 32 katagori produk buku (Katagori buku anak, buku bisnis, buku pertanian, buku fiksi-novel, buku pengembangan diri, buku teks, dan lain sebagainya).

Dari jenis-jenis kategori buku tersebut disinilah kita akan melakukan pemetaan berdasarkan segmentasi jenis katagori buku yang diterbitkan. Pada umumnya kegiatan pemasaran buku berkaitan dengan berkoordinasi beberapa kegiatan bisnis. Sehingga strategi pemasaran pada umumnya dipengaruhi oleh faktor yang meliputi :

1. Faktor Mikro, yaitu perantara, pemasok, pesaing dan masyarakat.
2. Faktor Makro, yaitu demografi-ekonomi, politik-hukum, teknologi-fisik dan sosial-budaya.

Saat ini Penerbit Andi menjalankan bisnis Penerbitan Buku, yang sedang terus jalankan masuk dalam faktor keduanya yaitu Faktor Mikro dan Makro. Hal ini dikarenakan Penerbit ANDI Offset sudah termasuk Industri Penerbitan Buku, dengan usianya sudah mencapai 42 tahun dan telah menerbitkan buku lebih dari 15.000 judul buku yang telah di kelompokkan menjadi 32 katagori (dapat dikunjungi ke website penerbit Andi : www.andipublisher.com).

Strategi Pemasaran buku yang telah Penerbit Andi petakan menjadi dua strategi pemasaran yaitu Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara (on line) dan strategi pemasaran buku Serangan Darat (off line), dengan berlandaskan pada faktor mikro dan faktor makro tersebut di atas. Dua strategi tersebut dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :

A. Strategi Pemasaran Buku Serangan Udara (On Line).

1. Strategi digital marketing. Pentingnya Transformasi Digital. Dampak dari pandemi COVID-19 telah mengubah dunia menuju era Low Touch Economy. Era ini ditandai dengan interaksi antar individu yang minim sentuhan fisik atau low-touch, keharusan mengecek kesehatan dan keselamatan, perilaku yang baru hingga pergeseran di sektor-sektor industri., terutama sektor Industri Perbukuan. Perubahan ini tentu akan berdampak ke banyak hal, mulai dari tempat bekerja, cara belajar-mengajar, kehidupan keluarga hingga aktivitas sosial. 

Strategi utama yang dipakai Penerbit Andi adalah "digital marketing" dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnis penerbitan buku. Adapun manfaat digital marketing antara lain :

o Biaya lebih relatif terjangkau atau murah.
o Daya Jangkauan sangat luas.
o Mudah menentukan target pasar buku yang akan kita tawarkan sesuai kategori.
o Komunikasi dengan konsumen lebih mudah.
o Lebih cepat popular.
o Sangat membantu meningkatkan penjualan.
o Mudah di evaluasi dan dikembangkan

Lima Strategi on Line Penerbit Andi :

1. Melakukan pengelolaan secara intens terhadap buku-buku best seller-nya, yang saat ini jumlahnya mencapai 100 best seller.

2. Penerbit ANDI juga massif menggelar program Pre Order melalui toko buku online, e-Commerce, maupun reseller individu, menjual merchandise, e-book, hingga membuat content.

3. Penerbit ANDI juga melakukan optimalisasi di semua lini produk, baik optimalisasi promosi, branding, hingga reseller. Objektifnya, buku sudah bukan lagi untuk dibaca, melainkan sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat.

4. Penerbit ANDI melakukan optimalisasi stock produk melalui program bundling dan online.

5. Penerbit ANDI Offset mengelola Dead Stock, yakni mengelola buku-buku yang tidak terjual melalui program diskon dan melakukan books fair/pameran buku secara On Line.

2. Pemasaran Buku Lewat Komunitas.
Kita tentunya punya komunitas masing-masing. Sesuai dengan kapasitas kita untuk membentuk komunitas dan relasi, maka gunakanlah jaringan komunitas kita untuk sarana promosi dan penjualan buku. Penjualan lewat komunitas akan lebih efektif dan efisien sehingga tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Kuncinya kita harus proaktif komunikasi dan interaksi dengan komunitas serta dapat menjaga integritas pribadi kita.

Penerbit ANDI terus mengadakan aktifitas pemasaran melalui komunitas dengan mengadakan webinar lewat link Zoom atau Live Youtube TV. ANDI, dengan tema-tema yang menarik tentunya.

B. Strategi Pemasaran Buku Serangan Darat (OF LINE).

Untuk menguasai seluruh wilayah nusantara ini dalam penetrasi pasar buku, kita harus melakukan pemetaan wilayah dengan membuka cabang tiap kota besar yang potensi pasarnya sangat baik. Penerbit Andi telah mempunyai 90 cabang di kota dari Aceh hingga Papua, dengan menempatkan tenaga pemasaran ditiap kantor cabang tersebut.

Strategi pemasaran buku serangan darat ini dikelompokkan berdasarkan target pasar yang kita tuju, antara lain :

1. Strategi Pemasaran di Toko Buku. 
Penerbit Buku yang mampu memproduksi sendiri dan mempunyai mesin percetakan sendiri, sebagian besar sebagai pemasok toko buku di Indonesia. Untuk bisa masuk dan menjadi pemasok rutin di toko buku, maka kita perlu pemetaan jenis toko buku. 




Toko buku ini kita petakan menjadi tiga jenis yaitu Toko Buku Modern, Toko Buku Semi Modern, dan Toko Buku Tradisional.

Salah satu tugas marketing toko buku yaitu chek stok dan menjalin hubungan baik. Marketing Toko Buku juga harus bisa Selling Skills, artinya kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjual produk, baik itu berupa barang ataupun jasa. Selling skills ini sangat menentukan apa yang akan dapat kita raih ke depannya. Sukses dan tidaknya dalam berbisnis secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan kita dalam menjual produk yang kita miliki.

Untuk mempertajam pemasaran di toko buku dapat kita lakukan strategi promosi di toko buku modern. Ada berbagai macam cara yang perlu kita lakukan, antara lain :
  • Menguasai display buku, supaya tampilan buku dapat terlihat dan menonjol.
  • Mengadakan promosi di internal toko dengan memasang produk di Neon Box dan X Banner.
  • Mengadakan Bedah Buku, Talkshow dan potongan Harga pada buku tertentu atau periode tertentu.
  • Mengadakan event tematik sesuai moment bulan berjalan (Program Ramadhan,  Program TAB, Program TAM, dan lain-lain).
  • Dan masih banyak lagi program promosi di toko buku modern yang dapat kita lakukan, kuncinya proaktif komunikasi dengan pihak internal Toko Buku modern tersebut.
Strategi pemasaran buku yang terakhir yaitu Directselling. Directselling atau penjualan langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk membangun bisnis yang fleksibel dan berbiaya rendah. Cara ini memungkinkan kita untuk mengurangi biaya iklan, menghindari biaya overhead, dan membangun hubungan pelanggan yang tahan lama dan jangka panjang. 

Produk-produk Penerbit ANDI Offset tersebut dipasarkan dan dijual langsung melalui perwakilan penjualan independen yang dikenal juga sebagai Sales Directselling. 

Ini menghilangkan perantara yang terlibat dalam distribusi, seperti pedagang grosir dan pusat distribusi regional. Sebaliknya, produk dikirim langsung dari produsen ke perusahaan penjualan, lalu ke perwakilan atau distributor, dan terakhir ke konsumen. Produk yang dijual melalui penjualan langsung biasanya tidak ditemukan di lokasi ritel tradisional. Ini berarti menemukan distributor atau perwakilan adalah satu-satunya cara untuk membelinya.

Pemasaran Buku melalui Directselling ini kita petakan berdasarkan jenis kategori buku yang kita terbitkan . Jenis Katagori buku penjualan lewat Direct selling ini kita bagi menjadi beberapa target pasar yaitu :
  • Buku Pendidikan (Buku mata pelajaran Utama dan buku pendamping untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK).
  • Buku Teks Perguruan Tinggi untuk semua mata kuliah
  • Buku Referensi untuk jenjang TK, SD, SMP, SMA-SMK , Perguruan Tinggi dan umum.
Dengan pemetaan jenis katagori tersebut diatas maka Penerbit Andi sebagai Industri Penerbitan buku melakukan terobosan pemasaran dengan menempatkan tenaga penjual (Sales).

Refleksi.

Pilihlah penerbit sesuai kebutuhan kita dan pahami persyaratan-persyaratan dari penerbit untuk menerbitkan buku kita.

Jumat, 25 Februari 2022

Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie

 




Resume Pertemuan Ke-18
Pelatihan Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Raimundus Brian Prasetyawan, S.Pd.
Moderator: Rosminiyati


Menerbitkan Buku Semakin Mudah di Penerbit Indie.

Malam ini tepat memasuki pertemuan ke-18 Pelatihan Menulis PGRI. Hanya tinggal 2 pertemuan lagi untuk mencapai jumlah resume minimal. Memang beberapa peserta masih ada yang awam dengan penerbitan buku. Maka dari itu, tema materi tentang penerbit indie sangat membantu peserta pelatihan untuk dapat menerbitkan buku solo, termasuk sebagai salah satu syarat lulus pelatihan ini, terlebih lagi seperti yang telah diketahui oleh seluruh peserta, salah satu syarat lulus pelatihannya adalah menerbitkan buku solo.

Melalui pertemuan pada kesempatan kali ini juga Narasumber ingin membantu peserta pelatihan dengan memberikan informasi yang lengkap dan jelas tentang penerbit indie, supaya peserta nanti dapat segera menerbitkan buku solo setelah memiliki 20 resume.

Seperti biasa, pelatihan dibagi empat sesi yaitu perkenalan, penyampaian materi, tanya jawab dan penutup. 

Mengapa menerbitkan buku dikatakan semakin mudah? Sekarang ini ada penerbit indie yang melayani penerbitan buku tanpa seleksi. Dahulu ketika penerbit indie belum eksis seperti sekarang, kita hanya tahu bahwa penerbit buku yang ada itu hanya penerbit mayor seperti Gramedia, Erlangga, Grasindo, Elex media, Andi, dan lain-lain.

Tahap seleksi naskah menjadi tantangan untuk dapat menembus penerbit mayor. Penulis harus berjuang hingga bisa diterima oleh penerbit mayor. Ketika naskah diterima pun proses penerbitannya sangat lama.

Kini ada penerbit indie yang bisa menjawab rintangan-rintangan tersebut. Naskah pasti diterbitkan serta proses penerbitan mudah dan cepat.

Mari kita simak lebih lanjut ciri-ciri penerbit indie dari potongan slide berikut:




Bagi penulis pemula tentu penerbit indie menjadi solusi untuk bisa mewujudkan impian memiliki buku karya sendiri. Memang  kalau di penerbit indie, kita perlu mengeluarkan biaya untuk mendapat fasilitas pra cetak penerbitan, tapi itu memang konsekuensi dari penerbitan tanpa seleksi, sehingga biaya penerbitan menjadi tanggung jawab penulis untuk mendapat fasilitas penerbitan yang memuaskan.

Penerbit Indie itu sangat banyak, maka kita perlu melakukan pertimbangan dalam memilih penerbit indie. Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penerbit indie.

Biaya penerbitan.
Fasilitas penerbitan.
Batas maksimal jumlah halaman.
Ketentuan dan biaya cetak ulang.
Apakah dapat Master PDF.
Lama penerbitan.
Jumlah buku yang didapat penulis.

Jadi dari awal kita harus mengetahui hal-hal tersebut. Jangan sampai baru tahu belakangan. Terkadang ada penerbit yang bilang gratis, tapi kita tidak tahu ketentuan yang belum terungkap. Misalnya ternyata kita tidak dapat cetakan bukunya, hanya dapat master PDF saja, atau misalnya gratis tapi harus cetak minimal 20 eksemplar. Untuk itu kita mesti mencari percetakkan sendiri. 

Berikut adalah penerbit yang sering bekerjasama dengan Narasumber dalam hal penerbitan buku, anda dapat menyimak melalui link yang tersedia di bawah ini.



1. Penerbit Depok.
https://www.praszetyawan.com/2021/10/murah-banget-menerbitkan-buku-ber-isbn.html

2. Penerbit Malang.
https://www.praszetyawan.com/2021/09/ini-cara-menerbitkan-buku-dengan-mudah.html

Narasumber termasuk salah satu yang bisa membantu peserta pelatihan dalam menerbitkan buku. Narasumber juga sudah pilihkan penerbit profesional. Kinerjanya sudah tidak diragukan lagi. Hasil cetakannya juga bagus serta memuaskan. Kedua penerbit tersebut menerbitkan buku tidak lebih dari dua bulan. 

Refleksi:
Para peserta pelatihan menulis memiliki kondisi, keinginan dan rencana yang berbeda-beda terhadap buku yang akan diterbitkan. Maka dari itu, dua penerbit tersebut dapat kita pilih sebagai solusinya.

Rabu, 23 Februari 2022

Mengenal Penerbit Indie

 



Resume Pertemuan Ke-17
Pelatihan Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Moderator: Mukminin, S.Pd., M.Pd
Narasumber: Helwiyah




Mengenal Penerbit Indie

Penerbit merupakan muara dari para penulis buku untuk menerbitkan karyanya. Ada dua macam Penerbit yang sering dibahas dalam Pelatihan Menulis PGRI ini, yaitu Penerbit Mayor dan Penerbit Indie.

Dalam sesi pertemuan kali ini, hadir seorang Narasumber yang sekaligus merupakan Penerbit Kamila Press. Beliau juga eks peserta Pelatihan Menulis PGRI Gelombang 8 dan penulis buku "Jurus Jitu Menjadi Penulis Handal Bersama Pakar". Narasumber malam ini bernama bapak Mukminin atau biasa disapa Cak Inin. Sebetulnya Narasumber juga sudah saya kenal belum lama ini. Ada kegiatan membuat buku antologi dengan tema "Merah Putih Berkibar Di Timur Indonesia" yang nantinya akan diterbitkan oleh Cak Inin bersama Kamila Press.

Mengikuti Pelatihan Menulis bersama PGRI benar-benar menambah wawasan serta memperluas jaringan saya. Sayang sekali apabila momentum seperti ini terlewat begitu saja. Ini saat yang tepat untuk terus belajar, maju serta berkembang melalui sebuah karya.

Seperti biasa, pelatihan malam ini terdiri dari sesi perkenalan, penyampaian materi, tanya jawab dan penutup.

Di era milenial ini semua orang bisa menulis dan menerbitkan buku. Baik pelajar, mahasiswa, pegawai, guru, dosen, maupun wiraswasta. 

Sebenarnya menulis dan menerbitkan buku itu mudah, tidak serumit yang kita bayangkan. Apalagi sebagai seorang guru pasti bisa menulis baik fiksi maupun karya ilmiah. Guru memiliki banyak kisah dan pengalaman inspiratif. Apabila kita tuliskan dalam sebuah buku maka akan menjadi sangat bermanfaat bagi orang lain atau pembaca. 

Ketekunan, perjuangan. tekad dan motivasi yang tinggi perlu dimiliki agar tidak goyah saat menjalani proses menulis.

Seorang yang ingin  bisa menulis dan menerbitkan buku, maka perlu memahami tahapan menerbitkan buku. Ada 5 tahapan yg harus dilalui: 

1. Prawriting.
  • Tahap awal penulis mencari ide apa yang akan ditulis dg peka terhadap sekitar ( Pay attention).
  • Penulis hrs kreatif menangkap fenomena yg terjadi di sekitar untuk menjadi tulisan.
  • Penulis banyak membaca buku.
2. Drafting.

Penulis mulai membuat Draf (outline buku/ daftar isi buku) dilanjutkan menulis naskah buku sesuai  draf tersebut.  

Menulis harus sesuai dengan apa yang disukai ( pasion). Boleh menulis artikel, cerpen, puisi, novel dan sebagainya dengan penuh kreatif merangkai kata, menggunakan majas, dan berekspresi untuk menarik pembaca.

3. Revisi

Setelah naskah selesai maka kita lakukan revisi naskah. Merevisi tulisan mana yang baik dicantumkan, naskah mana yang perlu dibuang, dan naskah mana yang perlu ditambahkan. 

4. Editting/Swasunting.

Setelah naskah kita revisi maka masuk tahapan editting. Penulis melakukan pengeditan. Hanya memperbaiki berbagai kesalahan tanda baca, kesalahan pada kalimat. Tahap ini boleh dikatakan sebagai "Swasunting" yaitu menyunting tulisan sendiri sebelum masuk penerbit. Untuk itu penulis dituntut memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EBBI. 

5. Publikasi. 

Jika tulisan anda yang berupa naskah buku sudah yakin, maka anda memasuki tahap publikasi atau penerbitan  buku.




Apakah anda sudah mempunyai pandangan penerbit yang akan menerbitkan buku anda? Penerbit Indie merupakan salah satu solusi bagi anda dalam menerbitkan buku, karena prosesnya mudah, cepat serta biaya yang terjangkau. Anda dapat menghubungi Kamila Press Lamongan untuk menerbitkan buku anda.

Refleksi:

Tidak perlu ribet dan sulit dalam hal menerbitkan buku solo ataupun buku antologi karena Penerbit Indie merupakan solusinya. Berekspresilah melalui tulisan, tuangkan kedalam bentuk buku dan terbitkan bersama Penerbit Indie.




Senin, 21 Februari 2022

Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis

 



Resume Pertemuan Ke-16
Pelatihan Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Yulius Roma Patandean, S.Pd
Moderator: Muliadi



Langkah Menyusun Buku Secara Sistematis.

Tidak terasa kali ini sudah memasuki pertemuan ke-16 Pelatihan Guru Menulis PGRI Gelombang 23 dan 24. Total 30 pertemuan siap untuk terus saya ikuti, termasuk untuk menerbitkan buku solo terhitung paling lama terbitan 01 Januari 2022 sebagai salah satu persyaratan kelulusannya.

Banyak sekali manfaat yang saya dapatkan setelah saya mengikuti beberapa sesi pertemuan, dari menambah pertemanan dengan sesama guru pegiat literasi serta teman-teman penulis, belum lagi menambah wawasan dan kepercayadirian dalam menulis.

Awalnya saya pesimis dapat mengikuti sesi pelatihan malam ini karena sedari tadi hujan, angin serta petir tidak henti-hentinya terjadi. Beruntung semuanya telah reda dan jaringan internet tidak terganggu. Inilah yang saya harapkan. Totalitas dalam melakukan setiap hal, konsiten dan menjaga komitmen selalu saya pegang teguh agar mendapatkan hasil maksimal. Dalam menyelesaikan pekerjaan juga selalu saya usahakan untuk tepat waktu, bahkan sebisa mungkin dapat saya selesaikan sebelum deadline, sehingga saya dapat melakukan evaluasi ulang dengan leluasa serta dapat kembali fokus ke tugas lain yang harus saya selesaikan. Sama seperti halnya saya membuat resume pertemuan sebelumnya, hanya saja saat ini saya lebih leluasa hingga lebih bebas mengekspresikan diri dalam menulis resume.  

Seperti biasa, pertemuan dibagi menjadi empat sesi, perkenalan, penyampaian materi, tanya jawab dan penutup.Sebagai Narasumber pertemuan ke-16 malam ini bernama Yulius Roma Patandean, S.Pd. Dari sebuah media online Pedoman Media dalam artikel dengan judul "Mengenal Yulius Roma Patandean", Penulis & Editor Profesional asal SMAN 5 Tator, diketahui beliau lahir lahir di Salubarani, Tana Toraja, 6 Juli 1984. Narasumber juga adalah seorang guru Bahasa Inggris di SMAN 5 Tana Toraja sejak tahun 2015 dan saat ini sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2. 

Dalam menulis dan menyelesaikan tulisan, Narasumber memegang prinsip "CLBK". Apa itu CLBK?Menulis tidak bisa menjadi ala bisa karena biasa semata tanpa ada percobaan. Bagi Narasumber, COBA untuk menulis adalah satu kata romantis. Dengan mencoba maka akan timbul rasa penasaran untuk menjalaninya. Ada pahit, manis, asam, asin, kecewa dan bahagia kala mencoba.

Percobaan mendorong kita untuk berbuat lebih untuk menjawab rasa penasaran. Apakah sekedar selesai mencoba atau mau melanjutkan? Jika hendak melanjutkan, maka LAKUKAN dengan segera. Praktekkan sekaligus, bairkan ide itu mengalir bersama jari-jari kita. Melakukan proses lebih dalam membutuhkan dorongan lebih pula. Tidak hanya dorongan untuk membuat tulisan, yang lebih utama adalah niat menghilangkan rasa penasaran di pikiran. Penasaran tentang apa yang akan ditulis.

Menulis harus menjadi budaya. Jadi, BUDAYAKAN! Menulis juga harus menjadi budaya yang menyatu dalam perjalanan hidup seseorang. Menghasilkan sebuah karya tulisan sederhana tidak bisa tercapai dengan maksimal jika didorong oleh paksaan. Membudayakan menulis adalah proses menuju karya, yaitu sebuah.

Budaya seperti yang khalayak ramai pahami tentunya adalah kebiasaan. Menjadi kebiasaan belum tentu pula akan memberi dampak positif jika tidak ada konsistensi pelakunya. KONSISTEN adalah langkah pamungkas dalam teori menulis. Budaya menulis yang baik adalah ketika kita menjadi konsisten dalam prakteknya.

Coba, lakukan, budayakan, dan konsisten, inilah yang Narasumber sebut CLBK dalam menulis. Istilah ini diberkan untuk menjadi motivasi serta pengingat kepada teman-teman untuk memulai, meneruskan dan menciptakan karya tulisan.

Kita dapat menyimak penjelasan Narasumber mengenai cara sistematis dalam melakukan tulisan, dalam dua tautan berikut ini:

- https://youtu.be/eePQwyHAcjw

- https://youtu.be/jXPr59aWJSc

Menyelesaikan tulisan akan terjadi oleh karena konsistensi dalam menulis. Jadi, romansa menulis terasa indah ketika "CLBK" menjadi bagian tak terpisahkan dalam proses mengumpulkan percikan-percikan ide kita, kemudian kita susun secara sistematis.

Refleksi.

Coba, lakukan, budayakan dan konsisten. Terapkan keempat hal tersebut dalam menulis. Menulis tidak semata bisa karena terbiasa, akan tetapi empat faktor tersebut sangat penting untuk anda upayakan agar dapat menjadi seorang penulis yang baik.

Jumat, 18 Februari 2022

Konsep Buku Non Fiksi


 

Resume Pertemuan Ke-15
Pelatihan Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Musiin, M.Pd
Moderator: Dail Ma'ruf



Konsep Buku Non Fiksi.


Tidak ada yang tidak mungkin apabila kita berpikir secara "Opportunity Based", maka menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang. Kalahkan ketakutan dari diri kita sendiri. Ketakutan itu ternyata merendahkan potensi kita untuk menulis. Umumnya ketakutan yang kita rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:

1. Takut tidak ada yang membaca.

2. Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.

3. Merasa karya orang lain lebih bagus.

Ketakutan itu yang sering kali membuat kita merasa tidak karuan dengan hanya duduk berjam-jam di depan komputer atau laptop, namun tidak dapat menulis apapun.

Kekuatan menulis bisa muncul apabila kita bergabung dengan komunitas menulis serta para pegiat literasi. Hingga akhirnya kita dapat tersadar dengan sendirinya bahwa kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan. Kita juga bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai.

Dalam sebuah buku yang sangat populer dan dapat menjadi rujukan para penulis pemula, berjudul Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau disalurkan dalam bentuk buku atau tidak. Hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan serta cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak literasi.

Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara.

Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan melahirkan cinta menulis. Sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis. 




Beberapa contoh alasan ingin menjadi seorang penulis antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Mewariskan ilmu lewat buku.

2. Ingin mempunyai buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.

3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.

4.     Ingin berbagi.

Kekuatan youtuber hebat, selegram terkenal, salah satunya akibat dari kemampuan berkomunikasi. Komunikasi bisa dibangun jika kita pandai merangkai kata dan kalimat.

Bahasan materi kali adalah mengenai buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:

1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran.

2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan.

3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara).

Proses penulisan buku terdiri dari 5  langkah, yakni:

1. Pratulis;

2. Menulis Draf;

3. Merevisi Draf;

4. Menyunting Naskah;

5. Menerbitkan;

  • Langkah Pertama Pratulis:

1. Menentukan tema;

2. Menemukan ide;

3. Merencanakan jenis tulisan;

4. Mengumpulkan bahan tulisan;

5. Bertukar pikiran;

6. Menyusun daftar;

7. Meriset;

8. Membuat Mind Mapping;

9. Menyusun kerangka.

Tema dapat ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dan lain-lain. Jadi, pilihlah tema yang kita kuasai dan sukai.

Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya 

1. Pengalaman pribadi;

2. Pengalaman orang lain;

3. Berita di media massa;

4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram;

5. Imajinasi;

6. Mengamati lingkungan;

7. Perenungan;

8. Membaca buku.

Jika ide itu datang segeralah ditulis, karena ide mudah datang dan juga mudah pergi.

Referensi penulisan buku bisa diperoleh dari sumber berikut ini:

1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;

3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;

4. Penemuan yang telah didapatkan;

5. Pemikiran yang telah direnungkan.

Tahap berikutnya membuat kerangka. Berikut ini adalah contoh kerangka buku non fiksi yang dibuat untuk melanjutkan ke proses penulisan:

BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia.

A. Pembagian Generasi Pengguna Internet.

B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet.

BAB 2 Media Sosial.

A. Media Sosial.

B. UU ITE.

C. Kejahatan di Media Sosial.

BAB 3 Literasi Digital.

A. Pengertian.

B. Elemen.

C. Pengembangan.

D. Kerangka Literasi Digital.

E. Level Kompetensi Literasi Digital.

F. Manfaat.

G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Generasi.

H. Kewargaan Digital.

BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara.

A. Keluarga.

B. Sekolah.

C. Masyarakat.

BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62

A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia.

B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia.

C. Membangun Digital Mindset Warganet +62

Video youtube di bawah ini dapat dijadikan referensi dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat:

 https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be

Anotomi Buku

1. Halaman Judul

2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3. Halaman Daftar Isi

4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5. Halaman Prakata

6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7. Bagian /Bab

8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9. Halaman Glosarium

10. Halaman Daftar Pustaka

11. Halaman Indeks

12. Halaman Tentang Penulis

  • Langkah kedua adalah Menulis Draf:

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas;

2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.

  • Langkah ketiga yaitu Merevisi Draf:

1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2. Memeriksa gambaran besar dari naskah

  • Langkah keempat adalah Menyunting naskah sesuai (KBBI dan PUEBI):

1. Ejaan

2. Tata bahasa

3. Diksi

4. Data dan fakta

5. Legalitas dan norma

Hambatan-hambatan dalam menulis. 

1. Hambatan waktu

2. Hambatan kreativitas

3. Hambatan teknis

4. Hambatan tujuan

5. Hambatan psikologis

Banyak cara mengatasi hambatan dalam menulis. Sebenarnya solusi tersebut ada dalam diri kita sendiri. Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam menulis:

1. Banyak membaca

2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.

3. Disiplin menulis setiap hari.

4. Melakukan aktifitas hobi yang kita senangi demi mendapatkan mood booster untuk kembali menulis.


Resume:

Rasa takut dan rasa tidak percaya diri hanya anda yang mampu mengatasinya. Jalan keluarnya pun ada pada diri anda, tinggal bagaimana anda menyikapinya. Menulislah dan biarkan tulisan anda menemui takdirnya sendiri serta bertemu dengan pembacanya.

Berinovasi Dengan Blended Learning

 





BERINOVASI DENGAN BLENDED LEARNING


 

Fenomena Learning Loss terjadi di setiap Negara termasuk Inonesia. Sekolah-sekolah banyak yang ditutup akibat Pandemi Covid-19 hingga menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar. Apalagi saat ini telah ditemukan virus varian baru yaitu Omicron yang kembali menegaskan bahwa Pandemi belum berakhir, dan mau tidak mau kita harus siap untuk hidup berdampingan dengan virus tersebut.

Pemerintah melalui Kemdikbudristek telah mengeluarkan kebijakan dalam rangka melakukan mitigasi akibat kehilangan pembelajaran dengan memberikan opsi penggunaan kurikulum, baik itu Kurikulum K-13 secara utuh, Kurikulum Darurat dan Kurikulum Merdeka yang baru saja diluncurkan 10 Februari 2022 lalu.

Memberikan pilihan kepada satuan pendidikan juga merupakan kebijakan yang sejalan dengan semangat merdeka belajar sebagaimana kemerdekaan dimaknai oleh Ki Hajar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau bathin tidak bergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar pada kekuatan orang lain. KHD juga berpendapat bahwa maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan rakyat (Ki Hadjar Dewantara, 1928).

Salah satu perubahan yang diusung dalam kebijakan merdeka belajar terjadi pada kategori kurikulum. Yang menjadikan landasan utama perancangan kurikulum merdeka adalah filosofi Merdeka Belajar yang juga melandasi kebijakan-kebijakan lainnya sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020.

Tentunya kami beserta para rekan-rekan guru lainnya sangat mendukung upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Pusat maun Pemerintah Daerah, baik terkait penanganan serta penanggulangan Covid-19 termasuk kebijakan kurikulum.

Aku bertugas sebagai guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri Satu Atap Cibulan, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Belum lama ini sekolah kami memberlakukan pembelajaran tatap muka terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat setelah hampir satu tahun memberlakukan pembelajaran jarak jauh menggunakan kurikulum darurat.

Di awal kami kembali mengadakan pembelajaran tatap muka walaupun terbatas, semua pihak menyambut dengan suka cita. Saat proses pembelajaran jarak jauh maupun sekarang ini dimana proses pembelajaran tatap muka dapat diberlakukan, merdeka belajar menjadi sangat penting untuk diterapkan. Dihadirkannya “Program Merdeka Belajar” salah satunya untuk mengejar ketertinggalan sistem sekaligus kualitas pendidikan Indonesia. Inti merdeka belajar adalah memberikan kendali belajar yang lebih besar kepada peserta didik. Sehingga siswa terbiasa menetapkan tujuan, mengambil keputusan dan bertindak. Merdeka belajar, bukan berarti belajar tanpa guru. Tapi, harus tetap ada guru yang menciptakan proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang harus menjadi fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

Guru perlu menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif yang memungkinan peserta didik belajar lebih merdeka sesuai kemampuan dan potensinya. Terlebih model pembelajaran yang memanfaatkan perkembangan TIK yang terintegrasi dalam pembelajaran. Oleh karenanya, untuk mewujudkan hal tersebut, guru harus memiliki kemampuan mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi agar dapat diaplikasikan dalam pembelajaran.

Dalam Modul Model Pembelajaran Blended Learning, Pustekkom, 2019 disebutkan menurut Garner & Oke (2015), pembelajaran blended learning merupakan sebuah lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan menyatukan pembelajaran tatap muka (face to face/F2F) dengan pembelajaran online yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Untuk pelaksanaan blended learning terutama fasilitas pembelajaran online guru dapat memanfaatkan berbagai layanan Sistem pembelajaran yang menggunakan Learning Management System (LMS). Menurut Ellis (2009: 1) LMS adalah aplikasi perangkat lunak untuk administrasi, dokumentasi, pelacakan, pelaporan dan penyampaian kursus pendidikan atau program pelatihan. LMS dapat dikatakan sebuah managemen pembelajaran yang disiapkan untuk peserta didik dan guru dalam melakukan pembelajaran melalui perangkat lunak. Adapun perangkat lunak LMS yang bisa digunakan antara lain: Moodle, Canvas, Google Classroom, edmodo, Kelas Digital Rumah belajar, Blog dan lain-lain.



Berbagai layanan LMS tersebut dapat dimanfaatkan oleh guru secara gratis maupun berbayar tinggal mempelajari dan memanfaatkannya dalam memfasilitasi pembelajaran online. Pembelajaran online dalam blended learning ini bisa dimaksimalkan oleh guru untuk memungkinkan peserta didik belajar lebih mandiri dengan menggunakan komputer, laptop atau smartphone, tidak terikat waktu dan tempat, bisa belajar kapanpun dan di manapun sesuai kesanggupannya, dan ini dapat dijadikan solusi terkait terbatasnya waktu di kelas yang sering menjadi keluhan sebagian guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. 

Pada akhirnya model pembelajaran inovatif dengan blended learning dapat menjadi alternatif dan dapat memungkinkan peserta didik untuk dapat merdeka dalam belajar karena dengan blended learning selain peserta didik belajar di kelas,  peserta didik juga secara online dapat belajar secara mandiri, bebas mencari sumber bahan dan informasi untuk menyelesaikan tugas kelas dengan mandiri.

Rabu, 16 Februari 2022

Menulis Buku Terbaik Perpusnas


 

Resume Pertemuan Ke-14
Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Dr. Mudafiatun Isriyah
Moderator: Widya Setianingsih





Menulis Buku Terbaik Perpusnas.

Dalam pertemuan ke-14 ini, Sebagai Narasumbernya adalah salah satu Penulis terbaik Perpusnas. Buku dutnya dengan Prof. Eko Indrajit yang berjudul Implementasi Social Presence dalam Bimbingan Online dalam Perspektif Komunikasi Personal, Interpersonal menghantarkan Narasumber menjadi Pemenang Buku Terbaik 1 (Tema Pendidikan Jarak Jauh Perpusnas, 13 September 2021).

Menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa, tetapi tidak semua orang terampil berbahasa dapat menulis dengan baik. Menulis
memang tidak mudah, tetapi jangan anda bayangkan bahwa menulis adalah kegiatan yang sangat sulit dan jangan pula anda berpendapat bahwa menulis sangat erat kaitannya dengan bakat.

Menulis sama dengan keterampilan-keterampilan yang lain seperti keterampilan membuat kue, membuat anyaman, berhitung, komputer, dan lain-lain yang dapat diperoleh dengan cara mempelajarinya dan mempraktikkannya. Setiap keterampilan yang diperoleh dengan cara mempraktikkannya harus sering diulang-ulang atau dilatih secara menerus atau berkesinambungan.

Menulis adalah sebuah keterampilan berbahasa dan anda adalah guru Bahasa Indonesia. Anda tidak punya pilihan lain, suka atau tidak suka anda harus bisa menulis atau mengarang.

Sulit membayangkan seseorang yang harus mengajarkan menulis tetapi tidak pernah memiliki pengalaman menulis. Sukar diterima akal sehat seseorang yang membenci mengarang dapat mengajarkan mengarang dengan baik kepada para siswanya. Lalu, bagaimana nasib pengajaran menulis yang ia lakukan? Bagaimana pula proses dan hasil belajar menulis yang akan dialami siswanya? Salah satu penyebab mengapa orang tidak suka dan menghindar dari menulis karena ia tidak memiliki pemahaman yang memadai mengenai apa, mengapa, dan bagaimana menulis itu.

Narasumber mengajak untuk menyelami dan memahami hakikat menulis yang diharapkan dapat membekali kita dengan
wawasan tentang konsep menulis dan konsep menulis sebagai proses.
  1. Menjelaskan pengertian menulis;
  2. Menguraikan manfaat menulis;
  3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keengganan seseorang dalam menulis;
  4. Menerangkan mitos-mitos dalam menulis;
  5. Menemukan hubungan menulis dengan berbagai aspek keterampilan berbahasa lainnya;
  6. Menjelaskan pengertian menulis sebagai proses;
  7. Menjabarkan setiap fase dalam proses menulis.
Apakah yang terbayang dalam pikiran anda ketika mendengar kata menulis atau mengarang? Ya, suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide sambil menuliskannya.

Apa pun rumusan pengertian yang anda kemukakan, menulis pada dasarnya merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya. Sebagai sebuah ragam komunikasi, dalam menulis setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat. Keempat unsur itu adalah: 
  1. Penulis sebagai penyampai pesan;
  2. Pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis;
  3. Saluran atau medium berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti huruf dan tanda baca;
  4. Penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis.

Fungsi dan Tujuan Menulis.
  1. Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian.
  2. Fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
  3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial.
  4. Fungsi informatif, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan.
  5. Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan.

Tujuan Menulis.
  1. Mengubah keyakinan pembaca.
  2. Menanamkan suatu pemahaman kepada pembaca.
  3. Merangsang proses berpikir pembaca.
  4. Menyenangkan dan menghibur pembaca.
  5. Memberitahu pembaca.
  6. Memotivasi pembaca.

Manfaat Menulis.
  1. Peningkatan kecerdasan.
  2. Pengembangan insiatif dan kreativitas.
  3. Penumbuhan keberanian.
  4. Pendorong kemauan dan keterampilan mengumpulkan informasi.
Ada para ahli yang menyampaikan sedikit beda. Hairston (Nursisto, 1999: 8) memaparkan beberapa manfaat menulis sebagai berikut:

  • Sarana untuk menemukan sesuatu.
  • Memunculkan ide baru.
  • Melatih keterampilan mengorganisasi dan menjernihkan sebagai konsep atau ide.
  • Melatih sikap objektif pada diri seseorang.
  • Membantu meyerap dan memproses informasi.
  • Melatih untuk berpikir aktif.
Setelah mengetahui alasan menulis manfaat dan tujuan,  sekarang tentukan tujuan anda, setelah memiliki wawasan ini.

Mengembangkan Ide.

Ide biasanya didapatkan dari berbagai sumber, antara lain dengan membaca buku, membaca jurnal ilmiah, berdiskusi, menghadiri seminar, mengamati fenomena di masyarakat, atau berasal dari sumber lainnya.

Bila mendapatkan ide, segeralah menulis di kertas, buku catatan atau media lainnya agar bisa ditindak lanjuti bila telah punya waktu untuk memulai proses penulisan. Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hilangnya ide. 

Apakah yang dimaksud dengan "Novelty". Novelty adalah unsur kebaruan atau temuan dari sebuah tulisan. Tulisan dikatakan baik jika menemukan unsur temuan baru sehingga memiliki kontribusi baik bagi keilmuan maupun bagi kehidupan. Dalam hal ini jika kondisi tersebut tidak sama dengan milik orang lain, maka kemungkinan tulisan kita mengandung unsur novelty.



Senin, 14 Februari 2022

Proofreading Sebelum Menerbitkan tulisan

 



Resume Pertemuan Ke-13
Pelatihan Belajar Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Susanto, S.Pd
Moderator: Muliadi



Proofreading sebelum menerbitkan tulisan.


Ada sebuah ungkapan "jika kamu tidak dapat menjelaskan sesuatu dengan sederhana, kamu tidak cukup memahaminya", Albert Einstein. Ungkapan tersebut menyiratkan pentingnya menyusun atau menata kalimat dengan sederhana sehingga mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca. Unsur kesederhanaan bukan hanya soal struktur kalimat, tetapi bisa jadi karena kesalahan yang tidak disengaja oleh penulisnya, seperti kesalahan pengetikan. Kata atau kalimat yang tadinya sederhana, bisa menjadi sulit dipahami karena kurang huruf, atau huruf yang tertukar? Hal ini lazim terjadi dalam menulis naskah.

Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut.

Contoh kalimat:
"Hmm ... aku akan mulai membuat resume pelatihan menulis dan mengunggah di blog," kata salah seorang peserta.

Tanda Elipsis/Titik Tiga (...) dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan, biasanya untuk memberikan jeda pada dialog. Mengapa kata "kata" ditulis dengan huruf kecil? Hal ini berkaitan dengan aturan penulisan "dialog tag".

Dengan melakukan proofreading, kesalahan yang dimaksud di sini termasuk kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata dapat diminimalkan.

Kita mungkin merasa jika tahapan pembacaan ini sama saja dengan editing yang dilakukan oleh para editor. Namun, sebenarnya keduanya berbeda.

Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.

Sedangkan proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.

Tugas seorang proofreader.

Tugas proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami.

Proofreader juga harus dapat mengenali apakah sebuah kalimat efektif atau tidak, susunannya sudah tepat atau belum, dan substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak.

Katakanlah seorang proofreader mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut. Jadi, tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.

Mengapa harus melakukan proofreading?

Proofreading merupakan tahapan penulisan yang sebaiknya tidak Anda lewatkan. Terutama jika Anda berniat untuk menerbitkan karya tulis kepada khalayak luas.

Proofreader akan membantu anda untuk mengoreksi apakah ada kesalahan dalam tulisan. Bagaimana jika dilakukan oleh penulis sendiri? Pastikan tulisan anda sudah jadi atau sudah selesai.

Yang sering terjadi, ketika sedang menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga, muncul kehawatiran nanti tulisan jelek, tdak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya. Akhirnya terjebak untuk segera memperbaiki.

Guru menulis menggambarkannya dengan proses membuat rumah. Ketika membangun rumah, baru sampai dinding, belum pasang atap, tetapi sudah memoles dengan mengecatnya, memberi ornamen, dan sebagainya. Lalu tidak puas dengan warna cat, ganti lagi, dan seterusnya. Akhirnya, rumah tidak kunjung selesai.

Hal lain, misalnya seorang blogger peserta Kelas Menulis, ingin segera menerbitkan tulisan. Begitu selesai menulis, mungkin karena mengejar target atau ingin segera memublikasikan, langsung klik tombol kirim.



Jika hal itu dilakukan, lalu apa yang terjadi?

Pertama alih alih tulisan menjadi lebih baik, malah tulisan tidak juga selesai jadi-jadi. Kemudian, maksudnya ingin membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya.

Kedua, tulisan di blog masih terdapat kesalahan (ejaan atau struktur kalimat). Meskipun, seiring dengan waktu, kemampuan Anda kesalahan itu akan banyak berkurang. Oleh karena itu, proofreading penting dilakukan sebelum tulisan diterbitkan.

Proofreader (meskipun dilakukan oleh penulis) bersifat netral. Seorang proofreader akan menilai karya penulis secara objektif. Oleh karenanya, proofreader bertindak sebagai seorang “pembaca”. Apakah karya tulis saya sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit.

Bagaimana agar objektif? Agar objektif, setelah tulisan selesai, endapkan dulu beberapa jam atau beberapa hari. Hal ini dilakukan untuk membebaskan pikiran kita dari ide yang baru saja dituangkan. Setelah itu, posisikan diri sebagai "calon pembaca". 

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan proofreading adalah sebagai berikut:

Langkah Pertama: Merevisi draf awal teks, seringkali membuat perubahan signifikan pada konten dan memindahkan, menambahkan atau menghapus seluruh bagian.

Langkah Kedua: Merevisi penggunaan bahasa: kata, frasa dan kalimat serta susunan paragraf untuk meningkatkan aliran teks.

Langkah Ketiga: Memoles kalimat untuk memastikan tata bahasa yang benar, sintaks yang jelas, dan konsistensi gaya. Memperbaiki kalimat kalimat yang ambigu.

Langkah Keempat:

1.  Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit.

2.  Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI.

3.  Konsistensi nama dan ketentuannya.

4.  Perhatikan judul bab dan penomorannya.

Hindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.

Berikut ini contoh cara mudah melakukan proofreding terutama pada typo, tetap lakukan koreksi kembali secara manual dengan teliti.

https://www.youtube.com/watch?v=tZZgrv5-JXo


Refleksi:

Lakukanlah proofreading sebelum naskah tulisan anda dibagikan kepada publik. Bersikaplah objektif dan tempatkan diri anda sebagai seorang calon pembaca.


Jumat, 11 Februari 2022

Mengelola Majalah Sekolah

 




Resume Pelatihan Ke12
Pelatihan Guru Belajar Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Widya Setianingsih, S.Ag.
Moderator: Maesaroh



Mengelola Majalah Sekolah.

Narasumber pelatihan pertemuan ke-12 ini adalah seorang penulis buku berjudul Laras-laras Makna dalam Puisi yang bernama Widya Setianingsih, mengajar di sekolah Madrasah Ibtidaiyah Khadijah Malang dan peserta Pelatihan Guru Menulis PGRI Gelombang 21. Berikut paparan materinya.

Langkah-langkah Menerbitkan Majalah Sekolah.

1. Menyatukan ide dan gagasan. Mencari teman-teman yang memiliki jiwa literasi dan organisasi. Membentuk susunan redaksi majalah.

2. Mengajukan Proposal. Membuat proposal meliputi latar belakang, tujuan, susunan redaksi, anggaran dana dan sebagainya.

3. Membuat rancangan majalah. Menentukan nama majalah, isi berita, pendanaan dan lain-lain.. 

4. Mencari rekanan pendukung. Percetakan, sponsor, dan lain sebagainya.

Langkah selanjutnya setelah proposal disetujui adalah menyusun redaksi majalah sekolah. Carilah guru yang bersedia belajar untuk menjadi crewnya. Sama dengan susunan redaksi majalah secara umum, hanya saja majalah sekolah lebih ramping dan beranggotakan dewan guru.

Susunan Redaksi Majalah Sekolah:

 1. Penasehat : Yayasan Sekolah/Komite Sekolah. Bertugas memberikan segala pertimbangan terhadap seluruh crew tentang majalah sekolah

2. Penanggung Jawab : Dalam hal ini adalah Kepala Sekolah yang bertanggung jawab atas keseluruhan jalannya penerbitan pers, baik ke dalam maupun ke luar. Ia dapat melimpahkan pertanggungjawabannya kepada Pemimpin Redaksi sepanjang menyangkut isi penerbitan (redaksional). 

3. Pimpinan redaksi : Berasal dari Guru yang ditunjuk. Pemimpin Redaksi (Editor in Chief) bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian sehari-hari. Dia harus mengawasi isi seluruh rubrik media massa yang dipimpinnya.

4. Editor : Tugasnya bertanggung jawab swa sunting tulisan, proofreading dan mengedit semua tulisan.

5. Reporter : Reporter merupakan prajurit dibagian redaksi. Mencari berita lalu membuat atau menyusunnya, merupakan tugas pokoknya.

6. Fotografer : Tugasnya mengambil gambar peristiwa atau objek tertentu yang bernilai berita atau untuk melengkapi tulisan berita yang dibuat wartawan tulis.

7. Layout : Tugasnya yaitu mendesain majalah, dan tata letaknya agar menjadi tampilan komunikatif dan menarik untuk disajikan.

8. Bendahara : Bertugasnya mengatur jalannya sirkulasi keuangan majalah sekolah.

Manfaat majalah sekolah yaitu antara lain:

1. Sebagai sarana komunikasi sekolah dengan walimurid, dan siswa

2. Media komunikatif sekolah yang berisi berita-berita sekolah, informasi, pengetahuan dan hiburan.

3. Wadah kreativitas guru dan siswa dalam berkarya (menulis, menggambar  dll)

4. Sarana publikasi sekolah di masyarakat 

5. Menjadi Kebanggaan sekolah dan menambah nilai plus sekolah terutama saat akreditasi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerbitkan majalah :

1). Membuat nama majalah. Buatlah nama yang unik, menarik dan mudah diingat. Bisa juga membuat nama majalah berupa singkatan nama sekolah, atau kata-kata yang menginspirasi. Contohnya : SMART, MUTUALISTA, KONTAK, CAHAYA.

2). Menentukan artikel yang akan ditampilkan, antara lain adalah 

     1. Visi Misi Sekolah : Visi, misi sekolah masing-masing dituliskan di halaman 2.

     2. Salam Redaksi : Kata sapaan pimred pada pembaca, menyampaikan isi majalah secara singkat, tema majalah, kondisi teraktual saat itu.

     3. Berita Sekolah : Kegiatan-kegiatan sekolah, misalnya peringatan PHBI, PHBN dan kegiatan sekolah lainnya.

     4. Profil Guru : Dimuat secara bergiliran mulai dari Kepala Sekolah, Wakasek, guru serta staf pendidik. 

     5. Profil Siswa Berprestasi: Menampilkan siswa paling berpretasi.

     6. Karya Siswa : Menampilkan tulisan siswa, puisi, cerpen, foto hasil karya siswa berupa kerajinan, gambar dan lain sebagainya. 

     7. Kegiatan Siswa: Kegiatan outingclass, ataupun inclass. Misalnya outbound, praktek di kelas, unjuk kerja, game dll. 

     8. Kuiz berhadiah: Disesuaikan dengan jenjang kelas. Untuk SD TTS, tebak gambar, dll. Dan berhadiah.

     9. Prestasi Sekolah : Menampilkan prestasi terbaru dari guru, siswa, dan sekolah.

     10. Info dan pengumuman: Info ujian, hari libur, dan lain-lain.

Butuh kreativitas dari guru agar menu sajian majalah lebih beragam, semisal artikel cergam, kita cari siswa atau guru yang pintar menggambar.

3). Mengajukan ISBN. Agar majalah kita memiliki hak paten, maka Mengajukan ISSBN sangatlah penting. Kita bisa menghubungi penerbit untuk membantu kita mendapatkan ISSBN.

4). Menentukan Bahasa yang dipakai dalam majalah. Sebelum menentukan bahasa yang akan kita pakai, kita harus mengetahui sasaran pasar kita yakni siswa-siswi kita dan wali murid. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan antara lain : 

     ✍️Gunakan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak;

     ✍️Tidak menggunakan bahasa terlalu formal/kaku;

     ✍️Gunakan bahasa keseharian dan pergaulan;

     ✍Selipkan bahasa-bahasa gaul yang lagi ngetrend (asalkan harus sopan), misalnya hay gaess, hai sobat (sapaan  untuk para pembaca). Gunakan bahasa komunikatif sehingga seolah-olah kita sedang berbincang dengan pembaca.

5). Carilah tema dari hal yang sedang booming atau trend di lingkungan sekolah dan masyarakat, misalnya : 

       - Tetap Berprestasi di Masa Pandemi.

       - Semakin Berilmu Semakin Berakhlak.

       - Lets go green.

       - Raih Mimpi Setinggi Bintang.

       - Hold Your Star, dan lain sebagainya.

6). Cover dan Layout Menarik. Fungsi dari cover majalah adalah untuk melindungi isi majalah serta mencerminkan tema dan isi majalah, oleh karena itu tampilan cover harus menarik pembaca. Hal yang perlu diperhatikan dalam Layout dan tata letak majalah :

     ✍️Dibuat sesuai tema dan tingkatan usia pembaca (SD, SMP dan SMA).

    ✍️Praktis, simple, menarik dan memuat seluruh artikel dengan penataan padat tapi tidak sumpek.

    ✍️Carilah guru yang berkompeten di IT sebagai tenaga layout dengan menggunakan aplikasi Corel. 

Untuk cetak majalah tidak semuanya kita cetak warna, hal ini untuk menekan budget agat tidak terlalu tinggi. Bisa 8 halaman saja yang di cetak warna, sedangkan yang lainnya cukup hitam putih saja.

7). Pembiayaan. Pembiayaan digunakan untuk:

     1. Biaya cetak majalah

     2. Membayar HR crew

     3. Pembelian hadiah kuiz, dan lain-lain.

Pembiayaan cetak majalah dapat di bagi menjadi tiga, yaitu antara lain :

    1. Murni dari siswa: Siswa membeli majalah (dimasukkan di daftar ulang atau SPP)

    2. BOSDA. Pembiayaan majalah bisa diambilkan dari dana BOSDA dengan kode rekening biaya cetak/penggandaan dan membayar honorarium.

    3. Sponsor. Bisa dengan menggandeng  walimurid yang ingin beriklan tentang usahanya dengan memasang iklan tersebut di majalah.

8). Upgrade Ilmu Secara Kontinue. Agar majalah selalu uptodate maka harus ada jadwal untuk mengupgrade ilmu bagi para crew. Misalnya pelatihan menulis, pelatihan aplikasi Corel,Photoshop untuk layout dan lain-lain dengan memberdayakan teman sejawat atau mendatangkan narasumber ahli.

9. Pupuk Kekompakan Team. Ibaratnya tubuh maka crew majalah adalah bagian team yang memiliki tugas sama pentingnya. Oleh karena itu team harus solid. Pupuk kekompakan team. Saling mendukung dan mengisi kekurangan satu sama lain adalah kunci langgengnya sebuah team.

Refleksi :

Dengan mengelola majalah sekolah maka peran guru dalam memberikan pemahaman terhadap pentingnya literasi dapat semakin maksimal. Untuk itu artinya "Pojok Baca" maupun Perpustakaan haruslah berjalan dengan baik. Kerjasama antar elemen sekolah sangat diperlukan agar dapat mewujudkan hal tersebut di atas.

Buku Antologi Sebagai Jejak Literasi

 



Kegiatan menulis buku antologi bertemakan "Bunga Rampai Suka Duka Menuju ASN PPPK" akhirnya memasuki babak baru setelah proses pengumpulan naskah dari para penulisnya. Saat ini, buku dengan ISBN 978-623-378-333-0 dan Penerbit Oase Pustaka sedang dalam proses cetak.

Antusiasme terhadap penulisan buku antologi ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan teman-teman penulis yang berstatus PNS pun tergerak bergabung menulis buku tersebut, baik untuk menuliskan kisah rekannya di sekolah yang telah meninggal dunia karena penyakitnya padahal baru saja menerima pengumuman lulus seleksi ASN PPPK. Ada pula penulis yang merupakan guru PNS juga seorang ibu, beliau awalnya merupakan guru honorer yang berasal dari Sumatera Barat, setelah proses persalinanya kemudian bersiap menghadapi tes ASN hingga akhirnya lulus tes, luar biasa bukan? Ibu guru tersebut menuliskan kisah perjuangannya sendiri dalam meraih ASN dalam buku antologi ini. Sah-sah saja mereka bergabung untuk menulis karena PNS dan PPPK merupakan bagian dari ASN. Apalagi sangat sulit menemukan kegiatan menulis buku antologi bertemakan seperti ini. Dengan dasar itulah saya akan kembali mengadakan kegiatan menulis buku antologi dengan tema “Suka Duka Menuju Guru ASN”. Tentunya dengan desain cover buku yang baru. Bagi teman-teman yang berminat bergabung untuk menulis buku antologi "Suka Duka Menuju Guru ASN" dapat wapri melalui WhatsApp ke nomor 0823 1666 5104/Sigid PN.



Jangan remehkan sebuah buku antologi, karena dalam buku antologi merupakan kumpulan karya-karya penulis yang turut mampu membuat perubahan, baik dalam skala kecil maupun skala besar. Tulisannya akan abadi karena jejak mereka terekam dalam sebuah buku dan terekam pula dalam jejak literasi. Guru hebat adalah guru yang terus belajar sepanjang hayat, terus berkreatifitas dan berinovasi. Guru hebat kemudian akan bertransformasi menjadi guru teladan atau guru yang mampu menjadi panutan dimanapun dia berada, baik menjadi panutan para peserta didik maupun orang banyak.

Saya ucapkan terimakasih kepada pak Wijaya Kusumah/Sekjen IG TIK PGRI, beliau merupakan salah satu guru menulis bagi saya. Tidak lupa turut saya ucapkan terimakasih tak terhingga kepada para Penulis, Editor, Penerbit, serta seluruh pihak yang turut membantu terselesaikannya buku ini. Semoga buku antologi “Bunga Rampai Suka Duka Menuju ASN PPPK” ini dapat menginspirasi para pembaca. Salam literasi.


Artikel ini telah tayang di: https://www.kompasiana.com/sigidpn/6205ed85bb44863e1c622652/buku-antologi-sebagai-jejak-literasi


Opening Ceremony Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 31

  Poto Dok. Sigid PN Tidak terasa Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI sudah memasuki Gelombang 31. Untuk acara Opening Ceremony KBMN...