Sabtu, 28 Mei 2022

Guru Bijak Wujudkan Merdeka Belajar

 



Demi meraih suatu tujuan yang berdampak positif bagi kemajuan sekolah, tentunya akan bisa dengan mudah dilakukan jika terjalin kerjasama yang baik atau menciptakan team work yang solid.

Oleh karena itu komunikasi sangat diperlukan agar terwujud suatu kolaborasi yang apik dan elegan. Kenapa dikatakan elegan? Karena selain kompetensi yang harus dimiliki oleh seluruh stakeholder yang ada, sudah barang tentu perlu didukung pula dari sisi kepribadian atau nilai-nilai karakter positif yang diaplikasikan dalam aktivitas keseharian di sekolah.

Dampaknya akan besar sekali dimana harmonisasi, rasa kekeluargaan serta saling memiliki bakal terbina dan ini akan memudahkan dalam mencapai visi misi yang hendak dicapai oleh sekolah tersebut.

Terlebih lagi perilaku guru memang dicontoh dan ditiru oleh murid. Jadi kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai karakter positif sudah menjadi syarat mutlak bagi guru.

Nah, bagaimana jika terjadi miskomunikasi atau muncul permasalahan? Karena dalam suatu lingkungan kerja itu sangat lumrah jika terdiri dari bermacam-macam perbedaan sudut pandang setiap orang. Sekali lagi, dengan bekal kompetensi serta nilai karakter berperan penting dalam penyelesaian permasalahan. Aturan Pemerintah bukan hanya untuk dipahami tapi juga untuk dipatuhi, hal tersebut sudah cukup untuk dijadikan acuan atau pedoman dalam penyelesaian suatu masalah. Klop sudah jika disertai dengan musyawarah dan menghargai kode etik. 

Ingat, hal terpenting yang perlu kita ejawantahkan di sekolah adalah ketulusan kita untuk menjadi guru yang seutuhnya bagi anak didik kita, anak didik bahagia bersama kita, merasakan kemerdekaan belajar serta bersemangat untuk mengikuti pelajaran di kelas. Yang mesti kita pikirkan bersama adalah apa yang bisa kita berikan untuk kebahagiaan anak didik walaupun itu merupakan hal kecil tapi tentunya akan sangat berarti bagi mereka, baik saat ini maupun dimasa yang akan datang. 

Oleh karena itu marilah kita ciptakan suasana yang baik serta dapat menunjang proses belajar mengajar di sekolah dan marilah kita menjadi guru bijak demi mewujudkan merdeka belajar.

Jumat, 27 Mei 2022

Di Atas Langit Masih Ada Langit

 



Terkadang hati manusia tertutupi oleh sifat takabur atau sombong yang sebenarnya justru dapat menghancurkan dirinya sendiri. Takabur adalah sikap mental dan perbuatan yang merasa dirinya lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai, atau lebih segalanya dan memandang orang lain lebih rendah. Seseorang yang memiliki sikap dan perbuatan takabur atau sombong adalah mutakabbir.

Di kala kita senang atau bersuka cita tanpa disadari secara emosional kita mengekspresikannya secara berlebihan hingga diri kita terjerumus pada sikap takabur. Ekspresi tersebut bisa muncul melalui lisan, tulisan maupun gestur tubuh. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata gestur adalah bahasa tubuh (gerak anggota tubuh) yang biasanya memiliki makna tersendiri. Sedangkan dalam Wikipedia, bhasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal. Lebih jelasnya bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan di mana pesan yang disampaikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak, diam, waktu, suara, serta postur dan gerakan tubuh. 


Seharusnya kita bisa mengambil hikmah serta pelajaran dari apa yang ada disekeliling kita. Contoh sederhana, tanaman padi yang telah matang dan besar sekali manfaatnya yaitu sebagai makanan pokok manusia di beberapa belahan negara, maka posisinya akan lebih merunduk.

Ya, di atas langit masih ada langit. Jika kita pandai, tentu masih banyak orang yang lebih pandai serta berilmu tinggi daripada kita. Sesungguhnya yang pantas menggunakan jubah kesombongan hanyalah Allah SWT pencipta alam semesta. Ilmu serta harta benda yang kita miliki hanyalah titipan dari-Nya yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban.

Gunakanlah ilmu dan harta kita dijalan kebaikan serta untuk berbagi dengan sesama agar dapat membawa manfaat juga keberkahan. Tentunya semua itu didasari dengan rasa tulus ikhlas karena Allah Ta'ala. Jauhkan hati dan pikiran kita dari sifat sombong atau takabur. Semoga bermanfaat.

Artikel ini telah tayang di :

https://www.kompasiana.com/sigidpn/62902e13ce96e5081724a126/di-atas-langit-masih-ada-langit

https://sigidpn.wordpress.com/2022/05/27/di-atas-langit-masih-ada-langit/

Sabtu, 21 Mei 2022

Berkarya Melalui Buku Antologi

 



Bagi pecinta buku dan yang hoby menulis pastinya anda sering mendengar kata “antologi” serta sering menemukan buku-buku antologi di toko-toko buku. Sebenarnya, apa pengertian dari buku antologi dan apa saja manfaat dengan menulis antologi hingga menerbitkannya menjadi buku?

Di Indonesia bahkan dunia, karya sastra memiliki keanekaragaman jenisnya. Karya sastra yang paling mudah untuk dibuat adalah puisi dan cerita pendek (cerpen) atau cerbung, dikarenakan cerita-cerita ini jumlahnya sedikit, maka perlu penggabungan beberapa karya baik milik sendiri maupun milik orang lain lalu kemudian dijadikan buku.
  • Pengertian Buku Antologi.
Secara umum pengertian buku antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya sastra yang sejenis yang memiliki tema yang sama dan dibukukan menjadi satu terbitan.

Kata antologi berasal dari bahasa Yunani yang diserap sebagai bahasa Indonesia dan memiliki arti sebagai karangan bunga atau kumpulan bunga. Hal inilah yang dijadikan pengertian bahwa antologi adalah sebuah “kumpulan”. Dalam sebuah buku antologi terdiri dari beberapa penulis atau kontributor yang memiliki hasil karya dengan tema yang sama.
  • Bagaimana cara menulis supaya bisa diterbitkan menjadi sebuah buku antologi?
1. Memilih Tema.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih tema yang akan diangkat dalam sebuah buku nanti agar bisa sejenis dan linier dalam pembahasan. Tema ini juga akan menentukan jumlah kontributor yang akan mengikutinya, sebab setiap penulis punya kemampuan dibidang masing-masing serta menyukai tema-tema yang berbeda.

2. Mencari komunitas yang tepat.



Komunitas yang dimaksud adalah siapa saja orang-orang yang akan ikut serta dalam penulisan buku tersebut. Semakin cocok dan sejenis bidangnya, pembuatan buku juga akan relatif lebih cepat.

3. Memahami Peran Kontributor.

Dalam pembuatan buku antologi, penulis yang mengikutkan karyanya disebut sebagai kontributor, artinya memberikan kontribusi kepada calon buku yang akan diterbitkan supaya memenuhi syarat minimalnya. Biasanya yang menjadi kendala adalah para kontributor ini tidak memenuhi kewajibannya untuk menuliskan karyanya. Akibatnya proses pembuatan buku antologi tersebut menjadi lebih lama.

4. Memahami Peran Kurator.

Kurator biasanya bertugas mengumpulkan naskah dari para kontributor dan menyusunnya hingga menjadi sebuah naskah buku antologi. Disarankan sebaiknya agar kontributor serta kurator melakukan pengecekan naskah terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada editor agar hasilnya lebih baik dan berkualitas.

5. Memahami Peran Editor.

Tugas editor disini yaitu melakukan pengecekan terkait naskah yang sudah masuk (Proofreading). Pengecekan mulai dari cek kesalahan ketik, kesalahan kata, kaidah kebahasaan dan kaidah penulisan yang baik agar sesuai dengan PUEBI.

Kendala yang sering ditemui oleh editor dan kurator adalah kontributor yang tidak mengecek ulang tulisannya kembali dan memberikan naskah mendekati deadline atau tenggat waktu. Inilah yang membuat pekerjaan editor menjadi lebih padat.

6. Mencari Penerbit.

Biasanya buku jenis ini tidak semua Penerbit bisa menerbitkannya, sehingga kita harus memilih Penerbit yang cocok dan dapat memberikan pelayanan terbaik. Penerbit Indie dapat dijadikan solusi dikarenakan prosesnya mudah dan harga terjangkau. Salah satu Penerbit Indie yang dapat menerbitkan buku antologi adalah Oase Pustaka.
  • Manfaat Menulis Buku Antologi.
Banyak sekali manfaat yang bisa kita peroleh dari menulis buku antologi, diantaranya yaitu :

1. Manfaat bagi penulis baru.

Terkadang masih banyak calon penulis terutama penulis baru yang bingung bagaimana cara membagikan karyanya dan bagaimana menerbitkannya. Disisi lain, karya yang dimiliki penulis pemula biasanya tidak banyak sehingga apabila akan diterbitkan masih belum sesuai dengan jumlah minimal yang harus dipenuhi supaya bisa terbit.

Buku antologi menjadi salah solusinya untuk bisa menerbitkan buku dengan tema yang sama serta dapat langsung membuat grup atau komunitas (gabungan) dengan karya sastra dari penulis lainnya. Dengan demikian, jumlah juga akan terpenuhi serta isi yang dibuat akan lebih bervariatif serta memiliki banyak sudut pandang.

2. Biaya lebih murah dan terjangkau.

Biaya penerbitan bisa ditanggung oleh beberapa calon penulis yang ikut bergabung serta ingin menerbitkan karyanya dalam buku tersebut.

Selain itu, ada juga yang biaya pendaftarannya gratis karena sudah ditanggung oleh pembuat acara tersebut. Misalkan lomba puisi atau cerpen dengan tema yang sudah ditentukan lalu beberapa karya terbaik akan dibukukan. Biasanya panitia penyelenggara memberikan fasilitas gratis untuk terbit bahkan juga diberikan hadiah bagi pemenang.

3. Mengenal penulis lain.

Dengan menjadi penulis buku antologi, kita akan mengenal penulis-penulis lain baik itu penulis lawas atau penulis baru sehingga mampu menghadirkan suatu komunitas yang saling mendukung untuk selalu berkarya.

Tidak sedikit penulis lawas turut sebagai kontributor dalam buku antologi supaya bukunya mudah dikenal khalayak umum, laris dipasaran dan lain sebagainya.

Apabila anda sedang mencari komunitas penulis buku antologi, mari bergabung dengan Komunitas Guru Pelita Dunia, suatu komunitas khusus untuk guru belajar, berbagi, berkreativitas dan berinovasi.

Baiklah, setelah membaca ulasan di atas, siapkah kini anda menulis untuk sebuah buku antologi? Tidak bosan-bosannya saya mengajak anda untuk mulailah menulis dan biarkan tulisan anda menemukan karakter, jatidiri serta takdirnya sendiri. Jangan menunggu waktu luang untuk menulis tapi luangkanlah waktu untuk menulis. Selamat menulis dan berkarya dalam sebuah buku antologi. Salam literasi.

Rabu, 18 Mei 2022

Guru Motivator Literasi Digital PGRI

 



Teknologi yang berkembang pesat di Indonesia membuat informasi dengan mudah didapatkan. Namun tanpa kita sadari di dalam semua informasi yang kita dapatkan tersebut masih ada yang diragukan kebenarannya, bahkan tergolong dalam berita tidak benar atau hoax. Perbedaan antara berita yang benar dan tidak sangat tipis, sehingga jika kita tidak bijak dalam memfilter bisa saja kita terjebak dalam berita hoax.

Hoax sudah digunakan sejak abad ke-17. Hoak berasal dari kata "hocus" yang berati untuk menipu atau mengelabui. Sedangkan "hocus pocus" adalah celotehan tanpa arti untuk mengelabui. Jadi pengertian hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar.
 
Kenapa masih ada yang percaya hoax? Hal ini disebabkan karena kemampuan literasi digital dan berpikir kritis yang belum merata, polarisasi masyarakat, belum cakap memilah informasi dan minimnya kemampuan memeriksa fakta.

Dalam mengunggah data secara online kita juga perlu mengecek kembali demi menghindari resiko Scam dan Phising. Scam, data digunakan untuk penipuan, sedangkan Phising, data digunakan untuk meretas akun yang bersangkutan.

Peran guru dewasa ini sangatlah penting. Di PGRI guru diharapkan mampu untuk turut memberikan pemahaman berliterasi baik pada peserta didiknya maupun kepada masyarakat, termasuk dalam hal kecakapan berliterasi digital.

PGRI beberapa waktu lalu telah membuka kelas Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital (GMLD) dan ini diharapkan masih akan berlanjut pada gelombang selanjutnya. Mengutip pendapat bapak Wijaya Kusumah atau yang biasa kami sapa Om Jay seorang guru blogger serta penggagas pelatihan GMLD dan pelatihan-pelatihan lainnya di PGRI, menurut beliau guru harus mampu menjadi pemicu serta pemacu demi menuju perubahan ke arah Indonesia maju, sebagai seorang guru juga diharapkan untuk menjadi pelopor.

Nah, buku solo yang berjudul Guru Motivator Literasi Digital ini merupakan kumpulan resume dari pelatihan tersebut di atas. Penulis terinspirasi untuk menyusunnya hingga menjadi sebuah buku. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua Umum PB PGRI ibu Unifah Rosyidi, Om Jay dan seluruh Narasumber serta Moderator Pelatihan GMLD.

Semoga buku ini dapat menginspirasi para pembacanya. Mari bergabung dalam Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital PGRI pada gelombang berikutnya dan salam literasi.

Artikel ini telah tayang di :

https://www.kompasiana.com/sigidpn/6284aa2c7191375b9e5a29b2/guru-motivator-literasi-digital-pgri

Selasa, 17 Mei 2022

Buku Antologi Suka Duka Menuju ASN Jilid 2




Sebagai eks guru honorer tentunya saya merasakan betul bagaimana suka dukanya. Kerja dituntut selalu maksimal tapi mendapatkan upah alakadarnya, dari mulai Rp. 75 ribu perbulan hingga meningkat menjadi Rp. 600 ribu setelah 13 tahun mengabdi.

Apapun itu tetap harus disyukuri sambil terus berjuang untuk masa depan yang lebih baik lagi. Pintu-pintu rezeki akan terbuka dengan diiringi do'a, kerja keras dan tawaqal. 

Kini kembali saya tuliskan kisah tersebut dalam sebuah buku antologi Suka Duka Menuju ASN Jilid 2 bersama teman-teman penulis lainnya sebagai bentuk jejak literasi.



Tema perjuangan guru honorer selalu menarik untuk disimak bukan saja untuk mengetahui berapa besarnya jasa mereka kepada bangsa dan negara akan tetapi juga agar menjadi perhatian Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah bahwasannya ada hutang sejarah yang belum terselesaikan dari satu periode Pemerintahan ke periode Pemerintahan selanjutnya termasuk saat ini di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Semoga buku antologi ini membawa berkah dan maanfaat untuk semuanya serta GTK Honorer di Indonesia dapat segera meraih ASN. Pesan saya, teruslah berkreativitas serta berkarya. Menulis dapat dilakukan oleh siapa saja dengan tidak memandang status sosial ataupun lainnya. Jadi, menulislah kemudian biarkan tulisanmu menemui takdirnya sendiri.

Jumat, 13 Mei 2022

Menelisik Pendidikan Di Indonesia Dari Masa Ke Masa

 



Sistem pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan mengikuti perkembangan zaman. Baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah selalu berupaya agar terjadi peningkatan kualitas serta mutu pendidikan.

Berikut ini akan disampaikan bagaimana sejarah tentang dunia pendidikan Indonesia pada masa penjahan Belanda yang merupakan bagian dari politik balas budi hingga mencapai perkembangannya di tahun 2022.
  • Pendidikan sebagai Politik Balas Budi (Trias Van Deventer).
Politik Etis dicetuskan oleh Conrad Theodor van Deventer dan Pieter Brooshooft. Pada 17 September 1901, Politik Etis resmi diberlakukan setelah Ratu Wilhelmina yang baru naik takhta menegaskan bahwa pemerintah Belanda mempunyai panggilan moral dan hutang budi terhadap bangsa bumiputera di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tersebut ke dalam kebijakan Politik Etis.

Penderitaan rakyat Indonesia ketika dijajah menggugah hati nurani sekelompok orang Belanda hingga memunculkan gagasan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa jajahan. Program ini dikenal dengan istilah Politik Etis (Trias Van Deventer) atau Politik Balas Budi. Politik Etis adalah tindakan balas budi yang diberikan oleh Belanda untuk kesejahteraan pribumi karena telah diperlakukan secara tidak adil dan dieksploitasi kekayaan alamnya. Terdapat tiga kebijakan dalam Politik Etis, yaitu sebagai berikut :

1. Edukasi.

Edukasi adalah program peningkatan mutu sumber daya manusia dan pengurangan jumlah buta huruf yang implikasi baiknya juga untuk pemerintah Belanda. Sebab dengan program ini, Belanda mendapatkan tenaga kerja terdidik untuk birokrasinya tetapi dengan gaji yang rendah. Edukasi dilakukan dengan membangun lembaga pendidikan modern di Indonesia, misalnya adalah Technische Hogereschool te Bandung (THS, Sekolah Teknik Bandung, sekarang ITB) Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah pegawai negeri) dan School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA, sekolah dokter).

2. Irigasi (pembangunan saluran pengairan).

Irigasi dilakukan dengan membangun waduk, bendungan dan saluran irigasi untuk mengairi lahan persawahan dan perkebunan.

3. Imigrasi (perpindahan penduduk).

Transmigrasi dilakukan dengan memindahkan penduduk dari Jawa yang padat untuk bekerja di perkebunan Belanda di luar Jawa atau dengan memindahkan  penduduk dari pulau Jawa yang padat ke luar Jawa.



  • Taman Siswa dan Cita-cita Pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Hari Guru Nasional tak lepas dari sosok Ki Hadjar Dewantara dengan Taman Siswanya. Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa berdiri pada 3 Juli 1922. Pendirinya salah satu promotor pendidikan di Indonesia di tengah hegemoni sekolah kolonial. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat kala itu genap umurnya 40 tahun, lalu mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Beliau dibesarkan di lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Gelar kebangsawanan ditanggalkannya dari nama baru. Garis keturunan Ki Hadjar Dewantara merupakan keluarga dari kerajaan Pakualam. Ayahnya GPH Soerjaningrat, dengan begitu secara langsung merupakan cucu dari Pangeran Paku Alam III. Secara latar pendidikan, karena seorang priayi, Ki Hadjar Dewantara lulus dari Europeesche Lagere School yang merupakan Sekolah Dasar pada zaman kolonial Hindia Belanda. Mengutip dari buku Karya Ki Hadjar Dewantara Bagian II A: Kebudajaan, setelah lulus melanjutkan ke STOVIA namun, gagal lulus karena sakit.

Saat itu, pribumi tidak mendapatkan akses pendidikan yang setara dengan bangsa Eropa yang berdiam di tanah air. Buku Karya Robert Van Niel yang berjudul Munculnya Elite Modren Indonesia (2009) menyebutkan Belanda menerapkan sistem pendidikan yang bertingkat. Dimana hal ini didasarkan atas status sosial masyarakat Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara kembali dari pengasingan bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo pada September 1919. Tiga Serangkai ini diasingkan jauh ke negeri tulip, Ki Hadjar Dewantara sendiri diasingkan karena tulisannya yang berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda”.

Tulisan yang kritis terhadap rencana pemerintah Hindia Belanda mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk kalangan pribumi untuk merayakan satu abad kemerdekaan Belanda pada 15 November 1913. Ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg. Tulisannya ini terbit di surat kabar De Express, 13 Juli 1913.

Saat pengasingan ini, beliau aktif dalam organisasi pelajar asal Indonesia, Indische Vereening, bahkan sempat menjadi redaktur di majalah Hindia Putera. Juga kerap mengirimkan karangannya untuk koran Oetoesan Hindia yang merupakan media propaganda organisasi politik. Disaat berstatus orang buangan jauh dari tanah kelahiran, Ki Hadjar Dewantara belajar ilmu pendidikan hingga meraih Europeesche Akte alias Ijazah pendidikan yang bergengsi.

Pepatah yang diciptakannya dalam bahasa Jawa menggambarkan harapan dan cita-cita Ki Hadjar Dewantara yang menjadi prinsip Taman Siswa. Pepatah terkenal itu berbunyi “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani” bila diterjemahkan sebagai (bagi yang) di depan harus memberi contoh, (untuk yang) di tengah harus membangkitkan semangat, dan (bagi yang) di belakang harus memberi semangat.

Sebuah jurnal Semangat Taman Siswa dan Perlawanannya terhadap Undang-Undang Sekolah Liar (1994) menyebutkan lahirnya Taman Siswa membuat gusar pemerintah Hindia Belanda. Bahkan Belanda menerbitkan Wilde Scholen Ordonantie, sebuah undang-undang yang guna membatasi perkembangan pendidikan alternatif Indonesia. Dimana setelah UU ini berlaku, seluruh kegiatan Taman Siswa ditutup dan dibatasi ruang gerak pengajarnya. Namun semangat tak pudar. Guru-guru dan murid di Taman Siswa bersembunyi-sembunyi melanjutkan proses pendidikan.

Ki Hadjar Dewantara menjadi Menteri Pengajaran Indonesia pertama dari 19 Agustus hingga 14 November 1945. Beliau mendapat gelar doktoral kehormatan dari Universitas Gadjah Mada pada 1957. Ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 305 tahun 1959, 28 November di tahun yang sama. Tanggal lahirnya juga ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Hanya beberapa bulan sebelumnya, 26 April 1959, Ki Hadjar Dewantara menutup usia pada 69 tahun di Yogyakarta. Bapak pendidikan ini selalu dikenang saat Hari Guru Nasional.



  • Reformasi Pendidikan Nasional Melalui Merdeka Belajar  06 Mei 2020.
Kemendikbud Ristek Dikti telah melakukan reformasi sistem pendidikan Indonesia melalui kebijakan Merdeka Belajar. Kebijakan Merdeka Belajar memberi kemerdekaan setiap unit pendidikan berinovasi. Konsep ini menyesuaikan kondisi di mana proses belajar mengajar berjalan, baik sisi budaya, kearifan lokal, sosio-ekonomi maupun infrastruktur. 

Hal ini menjelaskan bahwa Nadiem Makarim mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Menurutnya, Kemendikbud telah menyiapkan strategi yang tidak akan keluar dari esensi pendidikan, yakni kualitas guru. Guru tidak akan mungkin bisa digantikan teknologi. Sedangkan teknologi adalah alat bantu guru meningkatkan potensi dan mencari guru-guru penggerak terbaik serta memastikan bisa menjadi pemimpin-pemimpin pembelajaran dalam sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Kurikulum yang mudah dipahami dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar. Kurikulum yang dapat mendorong para guru agar dapat memilih materi atau metode pembelajaran dengan kualitas tinggi, tetapi sesuai tingkat kompetensi, minat, dan bakat masing-masing siswa. Atas dasar tersebut Kemendikbud Ristek Dikti telah meluncurkan Kurikulum Merdeka.

Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah dan murid kita untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tetapi benar-benar inovasi pendidikan.

- Teknologi untuk Akselerasi.

Keberagaman pendekatan yang ada menghasilkan berbagai macam teknik dan inovasi di setiap daerah, sekolah, dan siswa, semua itu hanya bisa dilakukan hanya dengan dukungan teknologi. Merdeka Belajar tidak akan mungkin bisa berhasil tanpa teknologi. Teknologi ini bukan semuanya online melainkan bisa macam-macam. Jadi semua yang kita sebutkan teknologi akan digunakan dalam mengimplementasi Merdeka Belajar.

Sisi lain dari Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) memberikan potensi akselerasi kebijakan Merdeka Belajar serta menunjukkan bahwa sebenarnya ada selisih besar antara mereka yang memiliki akses terhadap teknologi dengan yang tidak. 

- Keberagaman sebagai Esensi.

Setiap siswa, sekolah, dan daerah memiliki tingkat kompetensi fundamental, literasi, dan numerasi yang berbeda, kurang masuk akal jika memaksakan suatu tingkat standar di setiap tahun pembelajaran dalam kurikulum. Guru harus bisa mencari materi yang sesuai tingkat dengan kompetensi siswanya.

Keberagaman minat dan kemampuan yang dimiliki siswa menjadi alasan paling kuat agar pengukuran kinerja siswa tidak boleh dinilai hanya menggunakan angka-angka pencapaian akademik, tetapi juga berbagai macam aktivitas lain atau ekstrakurikuler. 

Kearifan lokal juga merupakan unsur penting dalam pembelajaran. Setiap siswa akan lebih memahami materi bila menggunakan konteks lokal. Setiap murid akan melihat semua mata pelajaran dan semua materi dalam konteks. 

- Profil Pelajar Pancasila.

Nadiem menjelaskan salah satu mandat yang diberikan Presiden adalah penyesuaian kurikulum yang bertujuan mewujudkan profil para pelajar di Indonesia. Oleh karena itu Kemendikbud Ristek Dikti telah menetapkan enam indikator sebagai profil pelajar Pancasila.
Enam profil tersebut adalah pertama, bernalar kritis agar bisa memecahkan masalah. Hal ini berhubungan dengan kemampuan kognitif. Kedua, kemandirian, yaitu siswa secara independen termotivasi meningkatkan kemampuannya, bisa mencari pengetahuan serta termotivasi. Ketiga, adalah kreatif, di mana siswa bisa menciptakan hal baru, berinovasi secara mandiri, dan mempunyai rasa cinta terhadap kesenian dan budaya. Keempat, gotong-royong, di mana siswa mempunyai kemampuan berkolaborasi yang merupakan softskill utama yang terpenting di masa depan agar bisa bekerja secara tim. Kelima, kebhinekaan global yang merupakan upaya agar siswa mencintai keberagaman budaya, agama dan ras di negaranya serta dunia, sekaligus menegaskan mereka juga warga global. Keenam, berakhlak mulia. Di sinilah moralitas, spiritualitas, dan etika berada. Menurut Nadiem Makarim, sudah pasti hal ini akan menjadikan pendidikan karakter akan menjadi salah satu pilar inti.

- Pembelajaran Darurat.

Mendikbud Ristek Dikti memahami kondisi pembelajaran jarak jauh di masa darurat Covid-19 tidak berjalan optimal. Namun, dengan keluarnya semua orang, baik guru, orang tua, juga siswa, dari zona nyaman masing-masing, dinilainya akan semakin melatih karakter adaptif, inovatif dan kreatif dari komunitas pendidikan.

Demikianlah beberapa history dan perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sudah selayaknya sebagai seorang warga negara yang baik kita mesti mendukung setiap langkah-langkah Pemerintah demi terciptanya peningkatan mutu serta kualitas pendidikan. Selamat memperingati Hardiknas serta Harkitnas tahun 2022. Maju terus pendidikan Indonesia dan salam literasi.



SATUGURU Untuk Merdeka Belajar

 




Sudah siapkah kita dengan harapan terwujudnya Merdeka Belajar di Indonesia? Peran guru saat ini sangatlah dibutuhkan, bukan hanya membuat perubahan tetapi juga dalam mengawal jalannya perubahan. Manusia-manusia cerdas, berakhlak, mampu berkreasi serta berinovasi merupakan produk para guru. Mereka terus mengembangkan dan mengupgrade pengetahuannya sehingga mereka mampu mencipta dengan menghasilkan sebuah karya.

Guru harus mengupgrade pengetahuannya agar tetap kekinian, karena apabila mereka tidak mengupgrade pengetahuannya maka mereka akan tertinggal, baik oleh kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, perkembangan social budaya yang semakin mendunia dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru harus dapat diaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik secara daring maupun luring atau bahkan kolaborasi diantara keduanya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai pedoman. Inti atau pokok dari pedoman yang harus dijadikan pegangan oleh para guru di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dijabarkan kembali oleh peraturan yang berada dibawahnya seperti UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta peraturan-peraturan lainnya.

Hal lain yang perlu dijadikan pedoman bagi para guru konse Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, Dalam pendidikan perlu meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotor). Singkatnya “educate the head, the heart, and the hand”.

Upaya mengembangkan ketiga daya tersebut secara bersamaan merupakan proses humanisasi dalam pendidikan atau disebut memanusiakan manusia. Dengan kata lain mendidik manusia guna mencapai sisi kemanusiaan yang luhur.

Metode yang sesuai dengan system pendidikan ini adalah metode among yaitu asah, asih dan asuh. Pelaksanaan pendidikannya dapat berlangsung di berbagai tempat. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan Tri Sentra Pendidikan yang antara lain alam keluarga (pendidikan informal), alam perguruan (pendidikan formal) dan alam pergerakan pemuda (pendidikan non formal).

Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Terdapat tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara yang mesti dipahami dan diaplikasikan oleh para guru dalam pengabdiannya, antara lain yaitu Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan, Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan dan Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.

Misi yang bersifat multidimensional juga mesti diterapkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar, antara lain yakni :

1) Misi psikopedagogis merupakan misi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara progresif dan berkelanjutan;

2) Misi psikososial yang bertujuan untuk memfasilitasi kematangan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat bangsa dan negara;

3) Misi sosiokultural yang merupakan misi untuk membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan kehidupan yang demokratis (Winataputra, 201 6:22).

Mendikbud Ristek Dikti Nadiem Makarim saat ini mengajak masyarakat untuk menghidupkan kembali pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Kurikulum yang mudah dipahami dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu hal yang diperlukan untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar. Kurikulum yang dapat mendorong para guru agar dapat memilih materi atau metode pembelajaran dengan kualitas tinggi, tetapi sesuai tingkat kompetensi, minat, dan bakat masing-masing siswa. Atas dasar tersebut Kemendikbud Ristek Dikti telah meluncurkan Kurikulum Merdeka.

Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para guru-guru sekolah dan murid kita untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses birokrasi pendidikan, tetapi benar-benar inovasi pendidikan.

Keberagaman pendekatan yang ada menghasilkan berbagai macam teknik dan inovasi di setiap daerah, sekolah, dan siswa, semua itu hanya bisa dilakukan hanya dengan dukungan teknologi. Merdeka Belajar tidak akan mungkin bisa berhasil tanpa teknologi. Teknologi ini bukan semuanya online melainkan bisa macam-macam. Jadi semua yang kita sebutkan teknologi akan digunakan dalam mengimplementasi Merdeka Belajar.

Setiap siswa, sekolah, dan daerah memiliki tingkat kompetensi fundamental, literasi, dan numerasi yang berbeda, kurang masuk akal jika memaksakan suatu tingkat standar di setiap tahun pembelajaran dalam kurikulum. Guru harus bisa mencari materi yang sesuai tingkat dengan kompetensi siswanya.

Keberagaman minat dan kemampuan yang dimiliki siswa menjadi alasan paling kuat agar pengukuran kinerja siswa tidak boleh dinilai hanya menggunakan angka-angka pencapaian akademik, tetapi juga berbagai macam aktivitas lain atau ekstrakurikuler.

Kearifan lokal juga merupakan unsur penting dalam pembelajaran. Setiap siswa akan lebih memahami materi bila menggunakan konteks lokal. Setiap murid akan melihat semua mata pelajaran dan semua materi dalam konteks.
 
Nadiem menjelaskan salah satu mandat yang diberikan Presiden adalah penyesuaian kurikulum yang bertujuan mewujudkan profil para pelajar di Indonesia. Oleh karena itu Kemendikbud Ristek Dikti telah menetapkan enam indikator sebagai profil pelajar Pancasila.
Enam profil tersebut adalah pertama, bernalar kritis agar bisa memecahkan masalah. Hal ini berhubungan dengan kemampuan kognitif. Kedua, kemandirian, yaitu siswa secara independen termotivasi meningkatkan kemampuannya, bisa mencari pengetahuan serta termotivasi. Ketiga, adalah kreatif, di mana siswa bisa menciptakan hal baru, berinovasi secara mandiri, dan mempunyai rasa cinta terhadap kesenian dan budaya. Keempat, gotong-royong, di mana siswa mempunyai kemampuan berkolaborasi yang merupakan softskill utama yang terpenting di masa depan agar bisa bekerja secara tim. Kelima, kebhinekaan global yang merupakan upaya agar siswa mencintai keberagaman budaya, agama dan ras di negaranya serta dunia, sekaligus menegaskan mereka juga warga global. Keenam, berakhlak mulia. Di sinilah moralitas, spiritualitas, dan etika berada. Menurut Nadiem Makarim, sudah pasti hal ini akan menjadikan pendidikan karakter akan menjadi salah satu pilar inti.

Mari kita bersama-sama mendidik murid-murid kita dengan ilmu dan hati demi untuk mewujudkan Merdeka Belajar. Ilmu terus berkembang, tekhnologi pun semakin maju dengan pesat. Kita tidak bisa diam berpangku tangan dalam perkembangan tersebut tetapi kita sudah seharusnya ikut berkonstribusi untuk bangsa dan negara. Perubahan tidak akan datang dengan sendirinya tapi perubahan akan datang dengan diiringi keinginan serta bentuk nyata suatu usaha agar terwujud suatu perubahan ke arah yang lebih baik. 

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwasannya guru berperan penting dalam trasnformasi peningkatan mutu pendidikan. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna. Guru juga mesti memiliki karakter yang telah di contohkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Oleh karena itu bersama dengan SATUGURU, marilah kita dukung upaya Pemerintah tersebut  dengan memberikan yang terbaik dalam proses belajar mengajar agar dapat terbentuk profil pelajar Pancasila serta mewujudkan Indonesia Maju. 

Marilah kita hadapi tantangan dalam dunia pendidikan dengan menjadi guru bijak bersama SATUGURU. Apakah yang dimaksud dengan guru bijak? Guru bijak adalah guru yang selalu ikhlas dalam memberikan pengajaran kepada muridnya dan dapat menjadi suri tauladan dimanapun dia berada. Salam literasi dan salam SATUGURU.

Rabu, 11 Mei 2022

WFH Kalau Demi Kebaikan Bersama Kenapa Tidak?

 



Bilamana kembali diberlakukan WFH oleh Pemerintah bagi kalangan ASN jika jelas alasannya tentu saja harus kita dukung dan kita ikuti aturannya. Apalagi jika demi menghindari penyebaran Virus Covid-19 yang belum jelas kapan lenyapnya dari bumi nusantara ini. Lagipula tidak mungkin Pemerintah memberlakukan WFH tanpa alasan dan pertimbangan.

Saya juga yakin kalau para ASN dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tekhnologi digital saat ini. Jadi, WFH kenapa tidak?

Tinggal kita persiapkan sebaik mungkin untuk mendukung WFH seperti fasilitas internet dan sebagainya. Nah, kendala bisa muncul bagi daerah yang jaringan internetnya belum memadai dan ini menjadi PR kita bersama.

Setiap pilihan pasti ada dampak positif dan negatifnya, strategi bijak saat ini adalah mengupayakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif tersebut. Contoh, bagi guru ASN bila diberlakukan WFH bagaimana akibat yang dialami oleh peserta didiknya apakah akan mengalami learning loss? 

Kemendikbud Ristek telah meluncurkan program merdeka belajar dan kurikulum merdeka untuk mengatasi learning loss tersebut yang memang melanda hampir setiap negara-negara di dunia.

Guru diharapkan untuk dapat berkreasi serta berinovasi menciptakan proses belajar bermakna. Untuk itu model pembelajaran blended learning bisa menjadi jalan keluar seperti ketika saat Pandemi Covid-19 merajalela hingga sekolah-sekolah menggunakan sistem PJJ atau PTM terbatas. Jadi sekali lagi apabila WFH kembali diberlakukan bagi ASN dan itu berdasarkan pertimbangan yang matang demi kebaikan bersama kenapa tidak? 

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "WFH Kalau Demi Kebaikan Bersama Kenapa Tidak?"
https://www.kompasiana.com/sigidpn/627bb942bb448652c03ae203/wfh-kalau-demi-kebaikan-bersama-kenapa-tidak

Kreator: Sigid PN

Selasa, 10 Mei 2022

Menjadi Guru Bijak Bersama SATUGURU

 



Istilah "killer" pada era tahun 80 hingga tahun 90-an biasa disematkan untuk guru serta dosen yang terkesan galak pada murid atau mahasiswa/mahasiswinya. Entah saat ini istilah tersebut masih ada atau tidak karena saat menulis artikel ini penulis sudah berprofesi sebagai seorang guru, bukan lagi berstatus pelajar atau mahasiswa.

Kalau diingat kembali memang agak menggelitik meskipun kenyataannya ketika dahulu di kelas begitu terkesan horor dan angker sekali. Salah sedikit penggaris panjang atau penghapus melayang. Melihat tatapan wajah yang jarang tersenyum bahkan lebih sering menyeringai. Aduh, begitu seram dan takut ketika belajar di kelas.

Sebenarnya agar murid dapat fokus terhadap pelajaran ketika di kelas atau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan baik justru bergantung kepada kemampuan guru menciptakan suasana pembelajaran agar lebih bermakna. Berarti guru harus dapat merancang pembelajaran dengan tepat.




Sebagai seorang guru juga harus memiliki karakter yang telah dicontohkan oleh bapak pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara, termasuk dengan konsep Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani.

Nah, mas Menteri Nadiem Makarim kembali mengedepankan program merdeka belajar yang sesungguhnya telah diwariskan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sebagai Mendikbud Ristek Dikti, mas Menteri berupaya mengatasi learning loss akibat Pandemi Covid-19 serta untuk meningkatkan tingkat pemahaman literasi di Indonesia.

Dalam suasana Hardiknas serta Harkitnas di tahun 2022 ini, bersama dengan SATUGURU marilah kita dukung upaya Pemerintah tersebut dengan memberikan yang terbaik dalam proses belajar mengajar agar dapat terbentuk profil pelajar Pancasila serta demi mewujudkan Indonesia Maju. Marilah menjadi guru bijak bersama SATUGURU. Apakah yang dimaksud dengan guru bijak? Guru  bijak adalah guru yang ikhlas dalam mengajar serta mentransfer ilmu serta mampu menjadi suri tauladan dimanapun dia berada. Salam literasi dan salam SATUGURU.

Artikel ini telah tayang di :

https://www.kompasiana.com/sigidpn/627a659fbb44860390582242/menjadi-guru-bijak-bersama-satuguru

Literasi Dalam Pandangan UNESCO

 




Literasi awalnya lebih diartikan sebagai melek aksara, dalam artian tidak buta huruf atau bisa membaca. Pada fase-fase awal, literasi secara umum selalu diidentikkan dengan kemampuan membaca tetapi dalam perkembangan berikutnya, dimaksudkan literasi adalah suatu kemampuan untuk membaca, menulis dan kemampuan menghitung sering diistilahkan sebagai literasi dasar (basic literacy). 

Saat ini seiring dengan dinamika masyarakat serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, konsep dan definisi serta pemaknaan literasi kian kompleks dan bervariatif. Pengertian literasi di tahun 1957, UNESCO menyebutkan bahwa seseorang dapat disebut literat apabila dapat memahami, baik dengan membaca dan menulis sebuah pernyataan sederhana yang singkat tentang kehidupannya sehari-hari hingga literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan, membuat, mengkomunikasikan, dan menghitung, menggunakan materi cetak dan tertulis yang terkait dengan berbagai konteks (UNESCO, 2004, 2017). 

Literasi melibatkan suatu rangkaian kesatuan pembelajaran dalam memampukan individu-individu untuk mencapai tujuan-tujuan mereka, mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, serta berpartisipasi secara penuh di dalam komunitas  mereka dan masyarakat luas (UIS, UNESCO, 2018).  Disebutkan oleh Montoya (2018) Terdapat 3 (tiga) fitur kunci terkait definisi literasi UNESCO yaitu: 

  • Literasi adalah tentang penggunaan yang mana masyarakat menjadikannya sebagai sarana berkomunikasi dan berekspresi, melalui berbagai media;
  • Literasi bersifat jamak, dipraktikkan dalam konteks tertentu untuk tujuan tertentu dan menggunakan bahasa tertentu;

  • Literasi melibatkan kontinum pembelajaran yang diukur pada tingkat kemahiran yang berbeda.

Kekayaan Budaya Literasi Nusantara

 



Apabila ditelusuri literasi masyarakat Indonesia sebetulnya memiliki sejarah yang sangat panjang. Menurut para arkeolog, filolog dan antropolog bahwa literasi tulis-menulis di nusantara sudah berkembang mulai abad 5 Masehi sejak kehadiran Hindu dan Budha serta tercatat di abad 13 ketika agama Islam datang. Di masa Hindu dan Budha sudah dikenal bahasa Sansekerta dan aksara Pallawa, di era Islam berkembang bahasa Arab dengan  aksara Arab-Jawa dan Arab-Melayu.

Indonesia memiliki tradisi lisan yang kaya, bahkan tradisi menulis juga sudah muncul sejak berabad-abad silam. Mengutip pendapat Putten, nusantara juga memiliki kekhasan tradisi menulis yang berbeda-beda antara tempat satu dengan tempat yang lain di Indonesia. Misalnya Manuskrip kuno di Jawa yang merupakan perpaduan tulisan dan gambar di daun lontar serta daun palem, akan tetapi hal tersebut masih terbatas dilakukan oleh anggota kerajaan di Jawa. 

Sedangkan apabila merujuk pada tradisi menulis di Sumatera Selatan banyak berupa puisi dan surat cinta. Tradisi tersebut disebabkan hubungan pria dan wanita di sana dahulu sangat diatur ketat (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015).

Oleh karena itu Suprayogo (2020) berpendapat apabila ditinjau dari perspektif ini maka masyarakat nusantara dan bangsa Indonesia secara empirik tidak dapat dipungkiri telah tumbuh dan berkembang literasinya.

Minggu, 08 Mei 2022

Luangkanlah Waktu Untuk Menulis

 



Keberhasilan akan dapat dicapai oleh seseorang apabila memiliki kemauan yang kuat, kesungguhan serta kerja keras. Begitu pula halnya dalam menulis hingga berhasil menerbitkan sebuah karya dalam bentuk buku, baik buku antologi maupun buku solo.

Terkadang yang menjadi alasan klise adalah tidak adanya waktu luang, padahal sebenarnya kita dapat meluangkan waktu untuk menulis disela aktivitas kita. Jadi janganlah anda menunggu waktu luang untuk dapat menulis tapi luangkanlah waktu untuk anda menulis.

Menulis dapat dilakukan disela jam istirahat kantor, saat jam istirahat mengajar bagi yang berprofesi sebagai guru, atau waktu senggang lainnya. Bagi seorang penulis pasti akan lebih banyak waktu yang disediakan untuk menulis.

Menulis pun dapat dilakukan oleh siapa saja termasuk guru, terlebih lagi karya tulis diperlukan untuk proses kenaikan pangkat ASN. Dengan menulis akan meningkatkan kemampuan berliterasi seseorang karena dalam menulis juga diperlukan wawasan keilmuan yang luas. Maka dari itu seorang penulis akan memperkaya literasinya dengan memperbanyak referensi bacaan.

Selasa, 03 Mei 2022

Menulislah dan Biarkan Tulisanmu Menemukan Takdirnya Sendiri

 


Judul di atas merupakan petuah bijak yang saya peroleh dari Om Jay serta dari hasil mengikuti Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital dan Pelatihan Menulis binaan Om Jay serta PB PGRI. Kegiatan tersebut sangat menarik juga barmanfaat untuk pengembangan diri khususnya yang berprofesi sebagai seorang guru.

Masih banyak lagi petuah-petuah bijak lainnya yang saya dapatkan. Mengutip dari mantra ajaib Om Jay, "menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi". Hal tersebut memang benar sekali. Dengan menulis dapat memuaskan hobi, menyalurkan kreatifitas, menuangkan ide-ide brilian kita, bahkan dapat menghasilkan benefit.

Saat bergabung di Pelatihan Menulis PGRI Gelombang 23, saya diberikan kepercayaan untuk menjadi Ketua Kelas. Senang rasanya bisa belajar, berbagi dan berkreativitas bareng teman-teman guru dari seluruh nusantara. 

Sebelumnya saya sering menulis untuk beberapa media surat kabar online lalu kemudian saya mengenal Om Jay dan bergabung dengan kelas-kelas di PGRI untuk tetap belajar sepanjang hayat serta menambah wawasan agar tetap kekinian.

Menulis bukanlah suatu perkara yang sulit akan tetapi juga tidak mudah untuk dilakukan sehingga banyak penulis mengalami writters's block. Sebelum kita menayangkan atau menerbitkan hasil tulisan, sebaiknya kita juga melakukan proofreading terlebih dahulu.

Banyak sekali ilmu serta istilah-istilah baru yang saya dapatkan dari pelatihan-pelatihan tersebut di atas. Untuk itu tidak lupa saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ketua Umum PB PGRI ibu Unifah Rosyidi, Om Jay, kepada seluruh Narasumber serta Moderator Pelatihan Guru Menulis dan Pelatihan Guru Motivator Literasi Digital PGRI. 

Anda penasaran dan ingin tahu lebih lanjut? Mari gabung di kelas menulis dan kelas-kelas PGRI lainnya pada gelombang berikutnya. Jangan menunggu waktu luang untuk menulis tapi luangkanlah waktu untuk menulis. Satu hal yang perlu diingat, jangan ragu dan takut untuk memulai menulis. Menulislah dan biarkan tulisanmu menemukan karakter, jati diri dan takdirnya sendiri. Salam literasi.


Artikel ini telah tayang di :

https://www.kompasiana.com/sigidpn/627086cbbb44864d7a170fc2/menulislah-dan-biarkan-tulisanmu-menemukan-takdirnya-sendiri



Opening Ceremony Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 31

  Poto Dok. Sigid PN Tidak terasa Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI sudah memasuki Gelombang 31. Untuk acara Opening Ceremony KBMN...