SATUGURU Berjuta Ilmu dan Mengajar Itu Menyenangkan
Tahun 2021 sudah dipenghujung bulan dan akan segera berganti, tentunya bukan
untuk kita terlena dalam hingar bingar pergantian tahun baru akan tetapi refleksi guru
menuju resolusi 2022 perlu dilakukan dalam rangka berkhidmat untuk kemajuan
pendidikan. Bagaimanapun Kompetensi guru semakin dibutuhkan, di era
society 4.0 atau revolusi industri 4.0. Sering juga disebut keterampilan 4.0.
atau keterampilan abad 21.
Sudah siapkah kita dengan harapan terwujudnya Merdeka Belajar di Indonesia?
Terlebih lagi Kurikulum baru sudah santer kita dengar akan diberlakukan pada
tahun 2022. Peran guru saat ini sangatlah dibutuhkan, bukan hanya
membuat perubahan tetapi juga dalam mengawal jalannya perubahan.
Manusia-manusia cerdas, berakhlak, mampu berkreasi serta berinovasi merupakan
produk para guru. Mereka terus mengembangkan dan mengupgrade pengetahuannya
sehingga mereka mampu mencipta dengan menghasilkan sebuah karya.
Bagaimana dengan para guru itu sendiri?
Apakah mereka juga harus mengupgrade pengetahuannya sehingga tetap kekinian?
Jawabannya tentu saja iya, karena apabila mereka tidak mengupgrade
pengetahuannya maka mereka akan tertinggal, baik oleh kemajuan tekhnologi yang
semakin pesat, perkembangan social budaya yang semakin mendunia dan lain
sebagainya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru harus dapat
diaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik secara daring
maupun luring atau bahkan kolaborasi diantara keduanya.
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus
mempunyai pedoman. Inti atau pokok dari pedoman yang harus dijadikan pegangan
oleh para guru di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Kemudian dijabarkan kembali oleh peraturan yang berada dibawahnya seperti UU
No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta peraturan-peraturan lainnya.
Hal lain yang perlu dijadikan pedoman
bagi para guru adalah tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, Dalam
pendidikan perlu meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan
daya karsa (psikomotor). Singkatnya “educate the head, the heart, and the
hand”.
Upaya mengembangkan
ketiga daya tersebut secara bersamaan merupakan proses humanisasi dalam
pendidikan atau disebut memanusiakan manusia. Dengan kata lain mendidik manusia
guna mencapai sisi kemanusiaan yang luhur.
Metode yang sesuai
dengan system pendidikan ini adalah metode among yaitu asah, asih dan asuh.
Pelaksanaan pendidikannya dapat berlangsung di berbagai tempat. Ki Hajar
Dewantara menyebutnya dengan Tri Sentra Pendidikan yang antara
lain alam keluarga (pendidikan informal), alam perguruan (pendidikan formal)
dan alam pergerakan pemuda (pendidikan non formal).
Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan
Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor
pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan
Belanda. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.
Terdapat tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara yang mesti dipahami dan diaplikasikan oleh para guru dalam pengabdiannya, antara lain yaitu:
- Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.
- Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan.
- Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.
Misi yang bersifat
multidimensional juga
harus dapat kita wujudkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar, antara
lain yakni :
1) Misi
psikopedagogis merupakan misi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara
progresif dan berkelanjutan;
2) Misi
psikososial yang bertujuan untuk memfasilitasi kematangan peserta didik untuk
hidup dan berkehidupan dalam masyarakat bangsa dan negara;
3) Misi sosiokultural yang merupakan misi untuk membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan kehidupan yang demokratis (Winataputra, 201 6:22).
Video Youtube di atas menceritakan tentang kisah Cepi. Cepi adalah seorang murid kelas 6 SD yang kurang kasih
sayang keluarga, ia hidup bersama neneknya. Di sekolah, dia menjadi anak yang
dianggap nakal dan seringkali berbuat usil terhadap teman-temannya. Tabiatnya
susah diatur oleh guru. Neneknya pun sudah hampir angkat tangan. Suatu hari,
Pak Tedy, sang guru Olahraga, mengadakan seleksi untuk perwakilan sekolah di
ajang Lari untuk pekan olahraga. Ia yang sudah lama mengamati kebiasaan Cepi
berlari, mencoba menyemangatinya. Cepi dipilihnya menjadi anggota kontingen
lomba lari dalam pekan olahraga tingkat kecamatan. Latihan, disiplin dan
dukungan Pak Tedy membuat Cepi menemukan cara baru untuk menyalurkan energinya.
Musim latihan terus berjalan, dan Pak guru terus berjuang meyakinkan Cepi dan
melatih kesiapan fisik dan mentalnya. Film pendek ini dipersembahkan kepada
para guru di berbagai penjuru Indonesia. Guru hebat adalah yang bisa menemukan
kunci pembuka potensi muridnya, kemudian memoles potensi menjadikannya prestasi.
Mari kita bersama-sama mendidik murid-murid kita dengan ilmu dan hati demi untuk mewujudkan Merdeka Belajar. Ilmu terus berkembang, tekhnologi pun semakin maju dengan pesat. Kita tidak bisa diam berpangku tangan dalam perkembangan tersebut tetapi kita sudah seharusnya ikut berkonstribusi untuk bangsa dan negara. Perubahan tidak akan datang dengan sendirinya tapi perubahan akan datang dengan diiringi keinginan serta bentuk nyata suatu usaha agar terwujud suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Dari SATUGURU dampaknya akan luar biasa dalam menciptakan perubahan dibidang pendidikan.
#SATUGURU
Sukses terus pak sigid.
BalasHapusAamiin. Jangan lupa registrasi lomba blog
BalasHapusSiap, sudah pak.
HapusSemangat pak
BalasHapusTerus berkarya
Ma Syaa Alloh. Terima Kasih Ilmuny Pak Sigid. Semoga Kita Bisa Mengamalkan Ilmunya. Aamiin Yaa Roob.🤲🤲🤲
BalasHapus