Kamis, 02 Desember 2021

SATUGURU Berjuta Ilmu dan Mengajar Itu Menyenangkan

 


SATUGURU Berjuta Ilmu dan Mengajar Itu Menyenangkan

Tahun 2021 sudah dipenghujung bulan dan akan segera berganti, tentunya bukan untuk kita terlena dalam hingar bingar pergantian tahun baru akan tetapi refleksi guru menuju resolusi 2022 perlu dilakukan dalam rangka berkhidmat untuk kemajuan pendidikan. Bagaimanapun Kompetensi guru semakin dibutuhkan, di era society 4.0 atau revolusi industri 4.0. Sering juga disebut keterampilan 4.0. atau  keterampilan abad 21.

Sudah siapkah kita dengan harapan terwujudnya Merdeka Belajar di Indonesia? Terlebih lagi Kurikulum baru sudah santer kita dengar akan diberlakukan pada tahun 2022. Peran guru saat ini sangatlah dibutuhkan, bukan hanya membuat perubahan tetapi juga dalam mengawal jalannya perubahan. Manusia-manusia cerdas, berakhlak, mampu berkreasi serta berinovasi merupakan produk para guru. Mereka terus mengembangkan dan mengupgrade pengetahuannya sehingga mereka mampu mencipta dengan menghasilkan sebuah karya.

Bagaimana dengan para guru itu sendiri? Apakah mereka juga harus mengupgrade pengetahuannya sehingga tetap kekinian? Jawabannya tentu saja iya, karena apabila mereka tidak mengupgrade pengetahuannya maka mereka akan tertinggal, baik oleh kemajuan tekhnologi yang semakin pesat, perkembangan social budaya yang semakin mendunia dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru harus dapat diaplikasikannya dalam proses kegiatan belajar mengajar, baik secara daring maupun luring atau bahkan kolaborasi diantara keduanya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai pedoman. Inti atau pokok dari pedoman yang harus dijadikan pegangan oleh para guru di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemudian dijabarkan kembali oleh peraturan yang berada dibawahnya seperti UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta peraturan-peraturan lainnya.

Hal lain yang perlu dijadikan pedoman bagi para guru adalah tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara, Dalam pendidikan perlu meningkatkan daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (psikomotor). Singkatnya “educate the head, the heart, and the hand”.

Upaya mengembangkan ketiga daya tersebut secara bersamaan merupakan proses humanisasi dalam pendidikan atau disebut memanusiakan manusia. Dengan kata lain mendidik manusia guna mencapai sisi kemanusiaan yang luhur.

Metode yang sesuai dengan system pendidikan ini adalah metode among yaitu asah, asih dan asuh. Pelaksanaan pendidikannya dapat berlangsung di berbagai tempat. Ki Hajar Dewantara menyebutnya dengan Tri Sentra Pendidikan yang antara lain alam keluarga (pendidikan informal), alam perguruan (pendidikan formal) dan alam pergerakan pemuda (pendidikan non formal).

Selama hidupnya, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis produktif tentang pendidikan, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari jaman penjajahan Belanda. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi warga pribumi jelata agar bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi atau orang-orang Belanda.

Terdapat tiga ajaran penting dari Ki Hajar Dewantara yang mesti dipahami dan diaplikasikan oleh para guru dalam pengabdiannya, antara lain yaitu:

Ing Ngarso Sun Tulodho, yang berarti di depan (pimpinan) harus memberi teladan.

- Ing Madyo Mangun Karso, yang bermakna di tengah memberi bimbingan.

- Tut Wuri Handayani, yang mengandung arti di belakang memberi dorongan.

Misi yang bersifat multidimensional juga harus dapat kita wujudkan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar, antara lain yakni :

1) Misi psikopedagogis merupakan misi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara progresif dan berkelanjutan;

2) Misi psikososial yang bertujuan untuk memfasilitasi kematangan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat bangsa dan negara;

3) Misi sosiokultural yang merupakan misi untuk membangun budaya dan keadaban kewarganegaraan sebagai salah satu determinan kehidupan yang demokratis (Winataputra, 201 6:22).

https://youtu.be/DexKPYSQ3vc

Video Youtube di atas menceritakan tentang kisah Cepi. Cepi adalah seorang murid kelas 6 SD yang kurang kasih sayang keluarga, ia hidup bersama neneknya. Di sekolah, dia menjadi anak yang dianggap nakal dan seringkali berbuat usil terhadap teman-temannya. Tabiatnya susah diatur oleh guru. Neneknya pun sudah hampir angkat tangan. Suatu hari, Pak Tedy, sang guru Olahraga, mengadakan seleksi untuk perwakilan sekolah di ajang Lari untuk pekan olahraga. Ia yang sudah lama mengamati kebiasaan Cepi berlari, mencoba menyemangatinya. Cepi dipilihnya menjadi anggota kontingen lomba lari dalam pekan olahraga tingkat kecamatan. Latihan, disiplin dan dukungan Pak Tedy membuat Cepi menemukan cara baru untuk menyalurkan energinya. Musim latihan terus berjalan, dan Pak guru terus berjuang meyakinkan Cepi dan melatih kesiapan fisik dan mentalnya. Film pendek ini dipersembahkan kepada para guru di berbagai penjuru Indonesia. Guru hebat adalah yang bisa menemukan kunci pembuka potensi muridnya, kemudian memoles potensi menjadikannya prestasi.

Mari kita bersama-sama mendidik murid-murid kita dengan ilmu dan hati demi untuk mewujudkan Merdeka Belajar. Ilmu terus berkembang, tekhnologi pun semakin maju dengan pesat. Kita tidak bisa diam berpangku tangan dalam perkembangan tersebut tetapi kita sudah seharusnya ikut berkonstribusi untuk bangsa dan negara. Perubahan tidak akan datang dengan sendirinya tapi perubahan akan datang dengan diiringi keinginan serta bentuk nyata suatu usaha agar terwujud suatu perubahan ke arah yang lebih baik. Dari SATUGURU dampaknya akan luar biasa dalam menciptakan perubahan dibidang pendidikan.

#SATUGURU



5 komentar:

  1. Aamiin. Jangan lupa registrasi lomba blog

    BalasHapus
  2. Ma Syaa Alloh. Terima Kasih Ilmuny Pak Sigid. Semoga Kita Bisa Mengamalkan Ilmunya. Aamiin Yaa Roob.🤲🤲🤲

    BalasHapus

Opening Ceremony Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 31

  Poto Dok. Sigid PN Tidak terasa Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) PGRI sudah memasuki Gelombang 31. Untuk acara Opening Ceremony KBMN...