Senin, 31 Januari 2022

Menulis Buku Mayor dalam Dua Minggu

 



Resume Pertemuan Ke-7
Pelatihan Guru Belajar Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Prof. R. Eko Indrajit
Moderator: Aam Nurhasanah, S.Pd.


Menulis Buku Mayor dalam Dua Minggu.

Dalam pertemuan ke-7 Pelatihan Guru Belajar Menulis PGRI Gelombang 23 dan 24 ini menghadirkan Narasumber hebat Prof. Richardus Eko Indrajit. Pertemuan dengan waktu yang singkat ini beliau lebih banyak memberikan perkenalan serta memotivasi peserta untuk semangat dan rajin menulis buku. Berikut pemaparan Narasumber.

Narasumber mulai senang menulis semenjak tahun 1999, ketika Narasumber berusia 30 tahun. Yang membuat Narasumber menjadi seorang penulis adalah sejumlah mahasiswanya mendesak agar Narasumber menuliskan hal-hal baru pasca kerusuhan Mei 1998, akibat mereka tidak lagi sanggup membeli buku-buku terbitan luar negeri yang mahal harganya sebagai dampak krisis moneter.

Saat itu belum ada internet seperti sekarang. Yang Narasumber lakukan untuk mencari ide dan inspirasi dalam menulis yaitu adalah pergi ke Perpustakaan untuk mencari buku-buku bahasa Inggris yang berisi ilmu mengenai IT, dan membacanya.

Setiap Narasumber menemukan satu gambar yang menarik maka akan Narasumber ringkas isinya, dan disampaikan kembali dalam Bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Biasanya setiap satu artikel Narasumber jelaskan mengenai satu gambar diagram dalam 3-5 halaman.

Setelah kurang lebih 3 bulan, tak terasa Narasumber telah menulis mengenai 50 diagram, atau 50 artikel. Narasumber iseng-iseng saja merangkumnya menjadi satu buku bunga rampai (campuran artikel seputar IT), dan mengirimkannya ke Gramedia. Ternyata buku tersebut diborong banyak orang (khususnya mahasiswa), dan sampai dicetak ulang 3 kali dalam setahun. Setelah peristiwa tersebut, Narasumber menjadi ketagihan menulis.

Menurut pengalaman Narasumber yang menarik adalah peristiwa yang terjadi setelah menulis. Begitu banyak panggilan dari sana sini untuk mengisi seminar. Akhirnya semenjak tahun 2000, Narasumber konsisten menulis buku dan dalam satu tahun dapat menerbitkan 2-3 buku.

Setelah diterbitkan oleh Elexmedia Komputindo, Narasumber mencoba penerbit lain untuk menerbitkan buku-buku karyanya. Ternyata Penerbit ANDI Yogyakarta tertarik pula untuk menerbitkannya. Buku yang berjudul E-Government publikasi Penerbit ANDI, menjadi salah satu yang sangat populer hingga saat ini. Karena ketika itu, belum banyak buku referensi yang membicarakannya, padahal di Indonesia isu terkait E-Government sedang hangat-hangatnya.

Ada satu peristiwa masa lalu yang menginspirasi Narasumber untuk menyusun buku bersama dengan guru-guru hebat selama masa Pandemi ini. Yaitu peristiwa yang terjadi di masa lalu, tepatnya ketika Narasumber menjadi seorang asesor bagi Universitas Ahmad Dahlan. Narasumber diminta untuk mewawancara mahasiswa dari UAD, dan bertemulah Narasumber dengan Sdr. Ardiansyah. Beliau adalah mahasiswa yang pintar dan kritis. Pada saat itu Ardiansyah dan teman-teman sedang ketagihan menjadi praktisi open source, yaitu software-software gratis yang berkembang sebagai bentuk "protes" dari komunitas programmer dunia atas dominasi Microsoft yang harus berbayar mahal. Sdr. Ardiansyah bercerita bahwa dia memiliki teman sekitar 20 orang yang masing-masing ahli di satu software open source karena sering menggunakannya. Mereka beranggapan bahwa apabila seluruh Indonesia tahu mengenai fenomena software gratis ini, akan majulah negara Indonesia.

Mendengar hal tersebut, timbulah suatu gagasan. Narasumber beserta rekan-rekannya berkumpul lalu membuat ide cemerlang. Narasumber meminta agar masing-masing dari mereka menulis satu buku sesuai dengan keahliannya masing-masing lalu memberikannya kepada Narasumber yang kemudian Narasumber edit dan minta sebuah perusahaan untuk mempublikasikannya.

Pada saat itu Narasumber berfungsi sebagai penulis kedua, karena memiliki peran mengedit dan menyarankan tata struktur isinya. Terkejutlah ketika seluruh bukunya (kurang lebih 25 buah) disepakati untuk diterbitkan. 

Setelah itu, Narasumber pun semakin ketagihan menulis, karena merasa begitu besar manfaatnya bagi masyarakat. Selain Elexmedia Komputindo dan Penerbit ANDI, Narasumber mulai menulis di penerbit lain seperti Grasindo, dan lain sebagainya.

Perkenalan Narasumber dengan Penerbit ANDI Yogyakarta dimulai dengan acara bedah buku yang berjudul E-Business. Di situ Narasumber belajar banyak dari mereka bagaimana caranya membuat buku yang laku di pasaran. Pada saat itulah Narasumber belajar dengan Penerbit ANDI untuk tulisan-tulisan berikutnya.

Saat ayah Narasumber pensiun, beliau ingin sekali mendarmabaktikan pengalamannya bekerja sebagai ahli logistik dengan cara menerbitkan buku. Akhirnya Narasumber berduet bersama ayahnya menyusun buku. Maka lahirlah buku-buku fenomenal terbitan berbagai penerbit Mayor seperti: supply chain management, manajemen persediaan, manajemen outsourcing, manajemen e-procurement, dan business process reengineering.

Kecintaan Narasumber bersama ayahnya akan dunia perguruan tinggi melahirkan pula dua buku, yaitu Manajemen Perguruan Tinggi Moderen dan Welath Management bagi Perguruan Tinggi di Indonesia.

16 komentar:

  1. Mantap sesuai ciri khas pak ketua, to the point,

    BalasHapus
  2. Semakin mantap tulisannya.

    Semangat kembali ke posisi F1

    BalasHapus
  3. Kereeeen....s3mangat trs. salqm literasi

    BalasHapus
  4. Seneng liat tulisannya... Isinya jg mantap

    BalasHapus
  5. lanjutkan pak Ketua... kita bersama mencoba ikut tantangan...

    BalasHapus
  6. Makin mantaaaaaf saja Pak.....

    BalasHapus
  7. Keren pak ketua...teruskan dan tetap semangat...💪💪

    BalasHapus

Reinkarnasi Mak Lampir Abad 21

  Gambar Mak Lampir diperankan oleh Farida Pasha Reinkarnasi Mak Lampir Abad 21. Hampir semua generasi old pernah mendengar atau menonton ki...