Pelatihan Menulis PGRI
Gelombang 23 dan 24
Narasumber: Musiin, M.Pd
Moderator: Dail Ma'ruf
Konsep Buku Non Fiksi.
Tidak ada yang tidak mungkin apabila kita berpikir secara "Opportunity Based", maka menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang. Kalahkan ketakutan dari diri kita sendiri. Ketakutan itu ternyata merendahkan potensi kita untuk menulis. Umumnya ketakutan yang kita rasakan ketika menulis buku adalah sebagai berikut:
1. Takut tidak ada yang membaca.
2. Takut ssalah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan.
3. Merasa karya orang lain lebih bagus.
Ketakutan itu yang sering kali membuat kita merasa tidak karuan dengan hanya duduk berjam-jam di depan komputer atau laptop, namun tidak dapat menulis apapun.
Kekuatan menulis bisa muncul apabila kita bergabung dengan komunitas menulis serta para pegiat literasi. Hingga akhirnya kita dapat tersadar dengan sendirinya bahwa kegiatan menulis ternyata sangat menyenangkan. Kita juga bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita, atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai.
Dalam sebuah buku yang sangat populer dan dapat menjadi rujukan para penulis pemula, berjudul Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau disalurkan dalam bentuk buku atau tidak. Hanya dikeluarkan dalam bentuk pengajaran di kelas-kelas saja atau hanya dalam bentuk obrolan serta cerita kepada anak cucu saja, yang tidak meninggalkan jejak literasi.
Menulis bukanlah keterampilan yang mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara.
Justru tantangannya ada karena sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan melahirkan cinta menulis. Sebelum menulis buku, kita harus menemukan alasan kuat mengapa ingin menjadi penulis.
Beberapa contoh alasan ingin menjadi seorang penulis antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Mewariskan ilmu lewat buku.
2. Ingin mempunyai buku karya sendiri yang bisa terpajang di toko buku online maupun offline.
3. Mengembangkan profesi sebagai seorang guru.
4. Ingin berbagi.
Kekuatan youtuber hebat, selegram terkenal, salah satunya akibat dari kemampuan berkomunikasi. Komunikasi bisa dibangun jika kita pandai merangkai kata dan kalimat.
Bahasan materi kali adalah mengenai buku nonfiksi. Dalam penulisan buku nonfiksi ada 3 pola yakni:
1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran.
2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses. Contoh: Buku Panduan.
3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara).
Proses penulisan buku terdiri dari 5 langkah, yakni:
1. Pratulis;
2. Menulis Draf;
3. Merevisi Draf;
4. Menyunting Naskah;
5. Menerbitkan;
- Langkah Pertama Pratulis:
1. Menentukan tema;
2. Menemukan ide;
3. Merencanakan jenis tulisan;
4. Mengumpulkan bahan tulisan;
5. Bertukar pikiran;
6. Menyusun daftar;
7. Meriset;
8. Membuat Mind Mapping;
9. Menyusun kerangka.
Tema dapat ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku nonfiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi dan lain-lain. Jadi, pilihlah tema yang kita kuasai dan sukai.
Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya
1. Pengalaman pribadi;
2. Pengalaman orang lain;
3. Berita di media massa;
4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram;
5. Imajinasi;
6. Mengamati lingkungan;
7. Perenungan;
8. Membaca buku.
Jika ide itu datang segeralah ditulis, karena ide mudah datang dan juga mudah pergi.
Referensi penulisan buku bisa diperoleh dari sumber berikut ini:
1 . Pengetahuan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
2. Keterampi lan yang diperoleh secara formal , nonformal , atau informal ;
3. Pengalaman yang diperoleh sejak bal i ta hingga saat ini ;
4. Penemuan yang telah didapatkan;
5. Pemikiran yang telah direnungkan.
Tahap berikutnya membuat kerangka. Berikut ini adalah contoh kerangka buku non fiksi yang dibuat untuk melanjutkan ke proses penulisan:
BAB 1 Penggunaan Internet Di Indonesia.
A. Pembagian Generasi Pengguna Internet.
B. Karakteristik Generasi Dalam Berinternet.
BAB 2 Media Sosial.
A. Media Sosial.
B. UU ITE.
C. Kejahatan di Media Sosial.
BAB 3 Literasi Digital.
A. Pengertian.
B. Elemen.
C. Pengembangan.
D. Kerangka Literasi Digital.
E. Level Kompetensi Literasi Digital.
F. Manfaat.
G. Penerapan Literasi Digital Pada Lintas Generasi.
H. Kewargaan Digital.
BAB 4 Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara.
A. Keluarga.
B. Sekolah.
C. Masyarakat.
BAB 5 Literasi Digital Untuk Membangun Digital Mindset Warganet +62
A. Perkembangan Gerakan Literasi Digital Di Indonesia.
B. Literasi Digital Tanpa Digital Mindset Di Indonesia.
C. Membangun Digital Mindset Warganet +62
Video youtube di bawah ini dapat dijadikan referensi dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat:
https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be
- Anotomi Buku
1. Halaman Judul
2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)
3. Halaman Daftar Isi
4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)
5. Halaman Prakata
6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)
7. Bagian /Bab
8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)
9. Halaman Glosarium
10. Halaman Daftar Pustaka
11. Halaman Indeks
12. Halaman Tentang Penulis
- Langkah kedua adalah Menulis Draf:
1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas;
2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.
- Langkah ketiga yaitu Merevisi Draf:
1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian
2. Memeriksa gambaran besar dari naskah
- Langkah keempat adalah Menyunting naskah sesuai (KBBI dan PUEBI):
1. Ejaan
2. Tata bahasa
3. Diksi
4. Data dan fakta
5. Legalitas dan norma
Hambatan-hambatan dalam menulis.
1. Hambatan waktu
2. Hambatan kreativitas
3. Hambatan teknis
4. Hambatan tujuan
5. Hambatan psikologis
Banyak cara mengatasi hambatan dalam menulis. Sebenarnya solusi tersebut ada dalam diri kita sendiri. Berikut ini upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam menulis:
1. Banyak membaca
2. Mencari inspirasi di lingkungan sekitar, orang sekitar atau terkait dengan nara sumber.
3. Disiplin menulis setiap hari.
4. Melakukan aktifitas hobi yang kita senangi demi mendapatkan mood booster untuk kembali menulis.
Resume:
Rasa takut dan rasa tidak percaya diri hanya anda yang mampu mengatasinya. Jalan keluarnya pun ada pada diri anda, tinggal bagaimana anda menyikapinya. Menulislah dan biarkan tulisan anda menemui takdirnya sendiri serta bertemu dengan pembacanya.
F 1
BalasHapusMANTAP...
terima kasih sudah mengerjakan resumenya dengan baik. https://terbitkanbukugratis.id/wijaya/02/2022/menulis-konsep-buku-non-fiksi-oleh-ibu-musiin/
BalasHapustampilan blog yang indah dan isi resume yang komplit, mantap
BalasHapusSelalu terdepan pak ketua.
BalasHapusCekatan...pokoknya handallllll
BalasHapusSemoga kita menjadi sejarah peradaban manusia.
BalasHapusSelalu always terdepan...👍👍
BalasHapusAlhamdulillah pak sigid yang selalu terdepan blognya menyejukkan
BalasHapusLuar biasa pak semangatnya selalu no 1
BalasHapusSelalu terdepan...
BalasHapusMenarik dan laksanakan!
BalasHapusLengkap resumenya pak ketua
BalasHapusSetengah jalan kita telah lewati...semoga tetap semangat hingga akhir, berangkat niat menulis bersama dan kita lulus bersama pula.amin.amin
BalasHapusMantap, selalu F1. Tulisannya lengkap
BalasHapusCinta menulis selamanya
BalasHapus