Membangun Ruang Digital Yang Aman Untuk Anak
Dunia digital pada era sekarang ini tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuannya sangat pesat dan tidak bisa terbendung lagi dikarenakan digitalisasi bukan hanya menjadi trend milenial tetapi manfaatnya sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Terlebih lagi salah satu kemajuan suatu negara dapat terlihat dari faktor tekhnologi informasi dan komunikasi salah satunya digitalisasi dan faktor digitalisasi ini menjadi bukti bahwa pengaruh globalisasi dapat kita rasakan di Indonesia ini.
Globalisasi sudah barang tentu selain mempunyai dampak positif tetapi juga berdampak negatif apabila kita tidak mampu menyaringnya. Bagaimana cara kita untuk menyaring pengaruh globalisasi tersebut yang diantaranya adalah digitalisasi? Mau tidak mau kita dihadapkan untuk cakap digital dan untuk mendapatkan kecakapan digital tersebut dapat kita peroleh melalui literasi digital.
Selanjutnya, ada beberapa definisi yang menggambarkan pengertian digitalisasi. Salah satunya definisi dari sisi akademis menurut Brennen dan Kries. Keduanya mendefinisikan digitalisasi adalah komunikasi digital dan dampak media digital pada kehidupan sosial kontemporer. Transformasi digital bisa dikatakan lebih fokus pada manusia dibandingkan teknologi digitalnya.
Dalam kesempatan ini penulis mencoba mengupas secara singkat dan sederhana mengenai bahasan membangun ruang digital yang aman untuk anak. Kita sebagai orang tua mempunyai peran penting dalam setiap segi perkembangan anak. Terkadang kita selalu memberikan apapun yang menjadi keinginan anak kita tersebut tanpa memikirkan dampaknya. Padahal apabila kita mencoba bersikap adil yang didefinisikan meletakkan sesuatu pada tempatnya, bukan berarti penolakan kita kepada kemauan anak merupakan bentuk tidak sayangnya atau tidak perhatiannya orang tua kepada anak tetapi lebih dikatakan sebagai bentuk pendidikan dari orang tua terhadap anak walaaupun pada kenyatannya perasaan orang tua terhadap anak kadang dibutakan oleh kecintaannya yang malah justru mengabaikan bentuk pendidikan orang tua kepada anak, baik pendidikan karakter, pendidikan sosial, agama dan lainnya.
Bukan hal yang baru lagi ketika orangtua memberikan smartphone atau gadget lainnya pada anak mereka yang masih kecil (TK atau SD). Pertanyaannya, salah atau tidak? Terlepas dari hal tersebut, ada hal yang mesti diperhatikan orangtua karena internet bisa memberikan dampak yang buruk bagi anak bila digunakan dengan keliru. Lantas bagaimana cara melindungi anak dari pengaruh negatif internet?
1. 1. Berbicara terbuka pada anak
Cara melindungi anak dari efek negatif internet dapat dimulai dengan berbicara terbuka dan jelas pada anak. Indikator utama untuk mengasuh anak di era digital harus dimulai dengan jalur komunikasi yang terbuka. Berbicaralah mengenai nilai-nilai yang kita anut. Jangan pula lupa untuk selalu mengedukasi anak, terutama ketika pertama kali menggunakan gadget.
2. 2. Orang tua paham dengan kemajuan tekhnologi digital/tidak gaptek
Terkait smartphone atau gadget sejenis, bisa dibilang anak-anak lebih unggul ketimbang orangtua, mereka lebih mengerti mengenai fitur-fitur yang tersedia di sana. Padahal, untuk mengedukasi anak, orangtua harus memiliki pemahaman yang mendalam mengenai gadget. Oleh karena itu, sebagai orang tua jangan sungkan untuk terus belajar, mencoba aplikasi, atau permainan dan situs yang sering digunakan si Kecil.
3. 3. Manfaatkan fitur Parental Controls
Parental controls merupakan cara sederhana untuk melindungi anak dari efek negatif internet. Sesuaikan konten-konten yang relevan dengan usia anak. Melalui fitur ini orang tua dapat menyaring konten apa saja yang bisa dilihat anak. Dengan kata lain, Si Kecil tak bebas sepenuhnya untuk memilih atau menggunakan internet sesuai kehendaknya.
4. 4. Buat aturan dasar
Sebagai orangtua kita harus membuat aturan dasar mengenai penggunaan gadget dan konten yang digunakan anak. Apabila Si Kecil melanggar aturan, jangan ragu untuk menegur atau memberikan sanksi bila dirinya melanggar. Oleh sebab itu, orangtua dan anak perlu menyepakati apa yang boleh dan tidak dilakukan saat menggunakan internet.
5. 5. Berteman di media sosial tapi jangan menguntit
Cobalah berteman atau ikuti akun media sosial miliknya, contohnya, akun Facebook, Twitter, atau Instagram. Ingat, cukup berteman saja, bukannya menguntit. Jangan pula berlebihan seperti meninggalkan komentar di akun media sosialnya setiap hari.
6. 6. Menjadi contoh atau model yang baik
Sebagai orang tua, jadilah contoh yang baik bagi anak mengenai penggunaan gadget. Contohnya, jangan mengecek email atau pekerjaan lainnya melalui gadget di saat makan, atau menggunakan gadget saat mengemudi.
7. Mencari kegiatan lain
Bila merasa anak terlalu lama menghabiskan waktu dengan gadget dan internet, segeralah cari kegiatan lain yang menarik untuk dirinya. Tujuannya untuk mengurangi intensitas untuk berselancar di dunia maya tersebut. Semakin sibuk anak menghabiskan waktu di kegiatan lain, maka waktu untuk terpaku pada media sosial pun akan semakin berkurang.
Sigid PN
Berikut ini materi yang omjay sampaikan di pertemuan pertama, silahkan klik di https://www.kompasiana.com/wijayalabs/617fe0ba79b239224d6f8562/bagaimana-membangun-digital-space-yang-aman-untuk-anak
BalasHapusWah ada foto bintang tamu.....resumenya sudah seperti artikel ini...👍
BalasHapusBagus isi tulisan pak Sigid.
BalasHapusMenambah ilmu buat saya.
Mantul. Singkat dan jelas.
BalasHapusBoleh mampir ke blog saya.
https://sbasroni.blogspot.com/2021/11/membangun-digital-space-yang-aman-untuk.html
Keren...resumenya
BalasHapusIni keren banget
BalasHapusIya ,resume mantap p
BalasHapusMantap pak sigit 👏👏👏👏
BalasHapuskREN BANGET PAK SIGIT
BalasHapusArtikel yang ditulis dengan teliti, hebat pak sigit
BalasHapusLuar biasaa pak, jgn lupa mampir ke blog kami ya pak😄💪💪
BalasHapusMantap pak!! Sukses sll👍👍
BalasHapusKeren... Pak
BalasHapusresume yang berbeda namun makna yang sama tetap tersampaikan. keren pak..
BalasHapuskreatif pak 👍
BalasHapuskeren pa tulisannya jadi referensi buat saya yang baru belajar menulis
BalasHapus